Pembelajaran di RA Harus Menyenangkan

9 Jun 2017
Pembelajaran di RA Harus Menyenangkan

Belitung (7 Juni 2017). Pembelajaran yang dilaksanakan di tingkat paling rendah, yakni Raudlatul Athfal (RA), harus menyenangkan. Aspek utama yang wajib diterapkan pertama kali adalah penanaman pendidikan karakter, bukan aspek pengetahuan.

Arahan tersebut disampaikan Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr.H. Amsal Bakhtiar saat membuka resmi lokakarya (workshop) Pengembangan Kurikulum Raudlatul Athfal di Provinsi Bangka Belitung, Rabu (7/6) malam.

“Jangan sampai anak dibebani dengan muatan-muatan pelajaran yang sebenarnya materi tersebut belum saatnya disampaikan. Biarlah anak tumbuh berkembang sesuai usianya,” ujar Amsal.

Dengan penanaman karakter, lanjut Amsal, mental anak-anak akan siap sejak usia dini. Sebagai contoh bagaimana anak dapat bersosialisasi dengan teman, lingkungan sekolah dan masyarakat sekolah. Jika ini dilakukan, harapannya anak-anak tersebut kuat dalam mempertahankan karakter dirinya ketika menghadapi pengaruh budaya dari luar.

“Untuk itu, materi PAI pada kurikulum RA harus betul-betul menjadi alat penguat dalam rangka pemahaman serta penanaman nilai-nilai agama yang benar,” ujar mantan Direktur Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendis Kemenag ini.

Amsal menambahkan, agar semua dapat berhasil dengan baik maka tidak hanya kurikulumnya. Tetapi juga tata kelola manajemen SDM guru harus sesuai aturan yang berlaku, minimal berpendidikan S-1. “Sebab, guru mempunyai posisi sentral dalam pendidikan di RA. Di sinilah anak-anak akan memperoleh pelajaran setelah dari lingkungan keluarga,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bangka Belitung, H Andi M Darlis, dalam sambutannya mengatakan secara kuantitas jumlah RA di wilayahnya lumayan banyak. Paling tidak terdapat 47 lembaga, 13 ada di Belitung dan Belitung Timur.

“Kami senang sekali Belitung dijadikan tempat kegiatan Puslitbang Penda. Karena ikut serta dalam memberi pencerahan, wawasan, dan pengetahuan bagi pengawas, kepala dan guru RA di daerah ini. Mereka jarang tersentuh dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran,” kata Andi Darlis.

Dengan kegiatan ini, lanjutnya, para guru RA yang sebagian besar non PNS dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalitas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di RA. “Apalagi RA sebagai lembaga pendidikan berbasis agama diharapkan dapat mengantar anak menjadi generasi penerus bangsa yang beriman dan bertaqwa,” ucapnya.

Dalam laporannya, Kabid Litbang Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah, Sholahuddin, menegaskan perlunya RA memiliki sebuah kurikulum yang memadai. Mengingat lembaga ini merupakan lembaga binaan Kementerian Agama. “Oleh karena itu, kami menggelar kegiatan tersebut untuk mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum bagi lembaga ini,” tulisnya dalam surat elektronik.

Sholahuddin menambahkan, lokakarya yang dihadiri para pemangku kepentingan (stakeholders) madrasah, mulai Kepala RA, guru, hingga pengawas, serta peneliti ini digelar di BW Suite Hotel Belitung. Kegiatan tersebut dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 7-9 Juni 2017. (Musthofa Asrori/bas)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI