PENGARUH KETERBUKAAN INFORMASI MEDIA MASSA; Studi Kasus di Desa Purwareja, Kabupaten Banjarnegara

29 Jan 2007
PENGARUH KETERBUKAAN INFORMASI MEDIA MASSA; Studi Kasus di Desa Purwareja, Kabupaten Banjarnegara

PENGARUH KETERBUKAAN INFORMASI MEDIA MASSA TERHADAP

KEHIDUPAN BERAGAMA MASYARAKAT KOTA KECIL DI JAWA TENGAH ;

Studi Kasus di Desa Purwareja, Kabupaten Banjarnegara

 

Oleh: Drs. Moh. Amaluddin, MS

43 halaman

 

Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Semarang

2002

Pada tahun 1998, rezim Orde Baru yang bercorak otoriter runtuh karena dilanda gelombang demonstransi besar di Jakarta dan di berbagai kota besar lain di Indonesia. Keruntuhan rezim ini diimbangi dengan munculnya rezim reformasi, suatu rezim yang bercorak demokratis. Berbarengan dengan hal tersebut, media massa di Indonesia terutama yang berbentuk media cetak dan televisi, mengalami perkembangan pesat baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Perkembangan secara kuantitatif media massa ini ditandai dengan bertambah besar jumlah surat kabar, majalah, dan televisi. Sedangkan perkembangan secara kualitatif media massa ditandai oleh semakin bebas isi berita atan tontonan yang disajikan. Kontrol pemerintah terhadap media massa telah jauh berkurang, dibandingkan dengan kontrol yang pernah dilakukan semasa rezim Orde Baru.

Pertumbuhan media massa seperti itu memungkinkan warga masyarakat untuk mempunyai banyak pilihan dalam menerima berbagai informasi. Banyak pilihan disini mencakup banyak pilihan dalam menentuk jenis berita atau jenis acara yang disajikan serta banyak pilihan dalam menentukan waktu yang disediakan untuk membaca berita atau menikmati acara yang disajikan oleh media massa yang dimaksud.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh acara keagamaan dan acara hiburan pada siaran televisi terhadap perilaku keagamaan masyarakat kota kecil Purwareja Klampok, Jawa Tengah. Obyek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat di sebuah kota kecil.

Terhadap hubungan yang cukup erat antara variabel usia dengan variabel frekuensi penyerapan siaran TV pada acara keagamaan. Di semua golongan usia, jumlah orang yang tergolong cakupan dan sering menonton acara keagamaan adalah lebih besar dari pada jumlah orang yang jarang menonton acara semacam itu. Hanya saja proporsi orang yang cakupan dan sering menonton acara keagamaan dikalangan golongan remaja ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan proporsi golongan tersebut dikalangan golongan muda dan dikalangan golongan tua.

Tidak ada hubungan antara variabel usia dengan variabel frekuensi penyerapan siaran TV pada acara hiburan. Tidak ada hubungan antara variabel usia dengan variabel frekuensi pengamalan ibadah. Tidak ada hubungan antara variabel usia dengan variabel frekuensi kegiatan sosial keagamaan.

Terdapat hubungan yang cukup erat antara variabel frekuensi penyerapan siaran TV pada acara keagamaan dengan variabel pengamalan ibadah. Dikalangan orang yang tergolong jarang mengamalkan ibadah ternyata orang yang tergolong jarang menonton acara keagamaan lebih besar dari pada orang yang cukupan dan sering menonton acara tersebut. Sebaliknya dikalangan orang yang tergolong cukupan dan orang yang tergolong sering mengamalkan ibadah ternyata orang yang tergolong jarang menonton acara keagamaan lebih kecil dari pada orang yang tergolong cukupan dan sering menonton acara tersebut.

Tidak ada hubungan antara variabel dan frekuensi penyerapan siaran TV pada acara keagamaan dengan variabel frekuensi kegiatan sosial keagamaan. Tidak ada hubungan antara variabel frekuensi penyerapan siaran TV pada acara hiburan dengan ftekuensi pengamalan ibadah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menyarankan agar Departemen Agama mendorong kepada perusahaan penyiaran televisi untuk memperbanyak acara keagamaan yang bertema kehidupan remaja.

Agar Departemen Agama mendorong kepada perusahaan penyiaran televisi untuk menyajikan acara keagamaan bagi golongan yang belum menjalankan ibadah.***

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI