Pengembangan Perpustakaan Digital dan Pemantapan Jejaring Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI)
Bogor (25 Februari 2021). Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menjadi salah satu wakil dari kegiatan Temu Teknis Pengelolaan Perpustakaan dengan tema Optimalisasi Pengembangan Perpustakaan Digital. Kegiatan dihelat oleh PUSTAKA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) Kementerian Pertanian 23 s.d. 25 Februari 2021 di Hotel Novotel Bogor.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pemberian berbagai materi perpustakaan dan sesi rapat Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI), diantaranya dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BMKG, BPPT dan DPR.
Temu Teknis Pengelolaan Perpustakaan menghadirkan pustakawan dan pengelola perpustakaan khusus mengenai isu-isu terkini kepustakawanan diantaranya adalah pengelolaan perpustaakaan digital. Pengelolaan repositori dan aplikasi perpustakaan mendapatkan perhatian yang cukup penting. Hal ini agar pemustaka dapat memanfaatkan informasi secara efektif dan efisien. Pustakawan dan pengelola perpustakaan menjadi sumber daya manusia yang utama sehingga harus terus diupgrade kemampuannya demi mampu menyajikan layanan kepada penggunanya sepuas mungkin.
Beberapa hal yang menjadi catatan penting dan kritis dari pertemuan ini diantaranya sebagaimana disampaikan oleh Ismail Fahmi bahwa, 1) Meskipun generasi milenial tidak bisa lepas dari gadget, untuk urusan membaca buku, mereka masih lebih memilih membaca buku cetak daripada ebook; 2) Perpustakaan yang memberikan layanan yang lengkap seperti akses internet, tempat yang nyaman, koleksi buku yang lengkap masih mendapat apresiasi yang tinggi dari milenial; 3) Milenial termasuk pengunjung perpustakaan yang yang tertinggi dibanding generasi-generasi sebelum mereka; dan 4) Inovasi perpustakaan untuk milenial tidak berarti harus mengembangkan teknologi sendiri. Namun bisa membangun inovasi layanan menggunakan platform sosial yang banyak digunakan milenial seperti Goodreads, dan lainnya.
Pengembangan perpustakaan digital memuat juga urusan-urusan teknis seperti migrasi data yang memerlukan effort yang tidak kecil. Beberapa masalah yang mungkin timbul diantaranya: 1) Pemahamam pustakawan/pengelola perpustakaan terhadap sistem/aplikasi perpustakaan; 2) Sarana dan prasarana; 3) SDM; 4) Akses internet dan jaringan; 5) Pengembangan teknis; dan 6) Kebijakan institusi. Bahkan catatan lainnya perlu mendapat perhatian serius seperti: 1) Dimana keberadaan aplikasi di unit kerja /UPT yang dapat diakses pengguna; 2) Bagaimana cara mudah memanen data bibliografi untuk kepentingan kepustakawanan (Dupak, publikasi sekunder, lainnya; dan 3) Bagaimana database dapat terintegrasi dengan aplikasi lain yang diperlukan peneliti, misalnya mendelay dan lainnya.
Pada akhirnya, pertemuan teknis ini diharapkan mampu menjadi motivasi dan semangat bergerak para pustakawan/pengelola perpustakaan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Berjejaring dan berkolaborasi menjadi sebuah keniscayaa dan kekuatan untuk maju dan berkembang bersama menghadirkan perpustakaan dengan layanan prima bagi pemustaka. []
HAR/diad