Penghapus Amal Ibadah

9 Apr 2023
Penghapus Amal Ibadah
Ustaz/Dai

Jakarta (Balitbang Diklat)---Di bulan Ramadhan yang mulia ini, Allah melipatgandakan pahala kita sehingga ini menjadi bulan terbaik untuk menjaring pahala dan mengumpulkan tabungan untuk menghadap Allah. 

Tapi, semua itu hanya akan menjadi sia-sia dan berbuah penyesalan jika amal ibadah kita terhapus.

Untuk menghindari hal itu terjadi, maka kita perlu mengetahui apa saja perbuatan yang bisa menyebabkan amalan kita terhapus. Selamat menyimak.

1. Syirik dan murtad

Allah berfirman:

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-An’am ayat 88).

Allah berfirman terkait peringatan para Nabi sepanjang masa.

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).

Lebih dari itu, Allah mengancam

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya” (QS. Al-Baqarah ayat 217).

2. Mendzalimi dan menyakiti kaum muslimin

Kedzaliman kepada siapa pun dalam bentuk apa pun akan mengakibatkan terhapusnya amal dan mengalami kebangkrutan yang hakiki. 

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?”

Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

Tetapi Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa, dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terdzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku dzalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim).

Maka, jangan remehkan kezaliman kita kepada orang lain karena semua ada pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Jangan diamnya dan lemahnya orang membuat kita enteng berbuat dzalim karena bisa jadi orang yang didzalimi dalam keadaan lemah dan tak bisa melawan, tapi ingatlah bahwa dia punya Tuhan yang akan membalas semua kedzaliman itu. 

3. Bermaksiat di kala sendiri

Dari Tsauban radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia tidak tersisa sedikitpun.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka salat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan apa-apa yang diharamkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya” (HR Ibnu Majah).

Semoga Allah pelihara diri kita dari sifat sok saleh di hadapan manusia tapi maksiat di kala sendiri.

4. Menyebut-nyebut sedekah sampai menyakiti hati orang yang diberi sedekah

Allah ta’ala berfirman

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبۡطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِی یُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَاۤءَ ٱلنَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir” (QS.  Al Baqarah, 2: 264).

Allah akan memberikan naungan di akhirat bagi yang bersedekah secara sembunyi.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

سبعة يُظلُّهم الله في ظلِّه يوم لا ظلَّ إلا ظلُّه .. فذكر الحديث، وفيه : ورجلٌ تصدَّق بصدقةٍ فأخفاها، حتى لا تعلم شمالُه ما تُنفق يمينه.

“Tujuh golongan manusia yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, di antaranya adalah seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya” (Muttafaq ‘alaihi).

5. Meremehkan seorang mukmin yang berdosa

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ

“Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu” (HR Muslim).

Orang yang bertindak sebagai hakim gadungan seolah menjadi pengganti Allah dalam menentukan siapa yg diampuni dan masuk surga, sebenarnya mereka melakukan dosa yang lebih besar daripada dosa orang yang mereka komentari. Karena dosanya orang itu terkait perbuatan biasa sementara dosa mereka terkait meniadakan sifat Allah yg Maha Pengampun dan Maha Berkehendak.

Terlebih lagi ada dalil yg tegas mengatakan bahwa pelaku dosa besar selain syirik berpeluang mendapatkan ampunan Allah sesuai yang dikehendaki-Nya. 

6. Ujub dan riya

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui, dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no. 5452).

Pelit, nafsu, dan ujub dapat membinasakan pemiliknya. Takkan kaya orang karena pelit, takkan bahagia orang karena memperturutkan nafsu, takkan mulia orang karena ujub. Semua fatamorgana, hakikatnya kemuliaan justru ada pada sifat dermawan, ketaatan,  dan tawadhu'.

Rasulullah menyebut ujub itu lebih besar dari dosa karena kemaksiatan lain.

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ

“Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868).

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata :

الْهَلاَكُ فِي اثْنَيْنِ الْقُنُوْطُ وَالْعُجْبُ

“Kebinasaan pada dua perkara, putus asa dan ujub”

Al-Munaawi berkata, “Ibnu Mas’ud mengumpulkan dua perkara ini karena orang yang putus asa tidak akan mencari kebahagiaan karena dia sudah putus asa, dan demikian juga orang yang ujub tidak akan mencari-cari kebahagiaan karena dia menyangka bahwa ia telah meraihnya”. Dikatakan kepada Aisyah مَتَى يَكُوْنُ الرَّجُلُ مُسِيْأً  (Kapan seseorang dikatakan buruk)?, maka beliau berkata, إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ مُحْسِنٌ    (Jika ia menyangka bahwa ia adalah orang baik)” (At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606).

Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah mencela sifat riya.

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya” (HR. Muslim).

Dikatakan riya itu syirik kecil karena secara tidak langsung orang itu mencari ridho selain Allah atas ibadahnya.

Allah menjelaskan hakikat yang agung

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Huud ayat 15-16).

7. Mendatangi dukun

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengancam

مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun dan memercayai ucapannya, maka sungguh dia telah kufur terhadap (syariat) yang diturunkan kepada Muhammad (Shahîh al-Jâmi` ash-Shaghîr no: 5939).

Ini adalah sebuah ancaman yg sangat mengerikan. 

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

Barangsiapa mendatangi peramal, kemudian dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidaklah diterima salatnya sepanjang empat puluh hari (HR. Muslim no: 5782).

Jangan memahami bahwa jika sudah mendatangi dukun lalu tidak wajib salat karena tidak diterima. Salatnya tetap wajib hanya saja tidak diterima dan tak mendapat pahala.

8. Durhaka kepada orang tua

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menjelaskan

ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ

Ada tiga golongan manusia yang Allâh tidak akan menerima dari mereka amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka pada hari kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang mendustakan takdir (Shahîh al-Jâmi` ash-Shaghîr no: 3065).

Jika amal saleh yang kita lakukan tidak mendapat apapun maka yang lahir hanya penyesalan. Semoga Allah jauhkan kita dari 8 hal di atas. Wallahu a'lam bisshowwab.

Penulis: Junaedi Putra
Editor: Sri Hendriani/Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI