Depok (23 September 2019). Urgensitas penilaian buku adalah profesionalitas, transparansi, akuntabilitas, moderasi beragama, dan rendahnya literasi agama (A Nation Religious Illiteracy).

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Muhammad Zain dalam pembukaan kegiatan Penilaian Buku Pendidikan Agama dan Keagamaan Pada Sekolah dan Madrasah di Depok, Senin (23/09). Pertemuan ini dimaksudkan melakukan penilaian (uji coba) instrumen dan coaching penilai.

“Salah satu cara meningkatkan literasi agama dalam negara yang pluralis adalah menyediakan buku-buku yang berkualitas, khususnya buku pendidikan agama dan keagamaan. Ringkasnya untuk menjamin kualitas konten buku tersebut maka harus melewati proses penilaian,” ujar Kapus Zain.

Hal lain yang diingatkan Zain adalah agar tim penilai bekerja dengan sangat cermat, teliti, dan profesional. “Buku harus terbebas dari aliran yang bertentangan dengan Pancasila, radikalisme, pornografi, dan lainnya,” ungkap Zain.

Mengakhiri sambutannya Zain mengutip Bondan Winarno “Buku adalah guru yang tak pernah marah. Buku adalah teman setia bersama Anda, dimana saja dan kapan saja, kecuali ketika menyelam di laut atau bersembunyi di kolong selama gerhana”.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama Kabid Litbang Lektur Keagamaan Bahari menginformasikan bahwa jumlah buku yang akan dinilai sebanyak 297 buah yang terdiri dari Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Buku Teks Agama di Madrasah, Buku Pendamping/Pengayaan, dan Buku Non Teks (Ensklopedia) untuk agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Peserta yang hadir berjumlah 85 orang terdiri dari tim penilai dari masing-masing agama, perwakilan dari berbagai Bimbingan Masyarakat, praktisi pendidikan, akademisi, dan warga LKKMO.

Tampak hadir sebagai narasumber Azhari Dasman dari Pusat Bahasa, Nurhartati dari UNJ, Susilawati dari PNJ, Dyah Palupi dari Dinas Yogyakarta, dan Bambang Trimansyah dari Ikatan Penulis Indonesia.[]

AS/diad