PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh : Dra. Neneng LM, M. Pd*
Abstrak :
Any?educators?who?carry out the?learning?required to perform assessments?/?tests on?students?learning outcomes?of participants. For?assessing the?learning outcomes?of students?became?an integral part?of the?assignment?of teachers?/?educators.?The ways?the assessment?can include?assessment of?oral,?written,?performance assessment,?product assessment,?and?portfolio assessment.?And test instruments?can be a?multiple choice?test,?an objective description,?description of?non-objective, short answer,?and?match.
I
Sudah dapat dipastikan bahwa setiap pendidik yang melaksanakan pembelajaran melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya. Sebab menilai hasil belajar peserta didik menjadi bagian integral dari tugas pendidik. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Oleh karena itu setiap pendidik wajib melakukan penilaian hasil belajar para peserta didik nya
Penilaian yang dilaksanakan oleh pendidik sangat bervariasi pelaksanaannya. Ada pendidik yang sengaja mempersiapkannya dengan baik ada pula yang melaksanakan penilaian itu sekedar memenuhi kelengkapan mengajarnya. Bagi pendidik yang profesional yang memandang tugasnya sebagai keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh profesi lain, hasil penilaian yang dilaksanakan justru menjadi batu uji bagi keberhasilan dirinya sebagai pengajar dan pendidik sehingga senantiasa dimanfaatkan untuk perbaikan dan penyempuranaan tugas-tugas profesinya. Ia selalu berusaha mempersiapkan, melaksanakan, dan mengkaji hasil penilaian dengan sebaik-baiknya. Kondisi inilah yang diduga masih belum sepenuhnya dihayati oleh para pendidik di sekolah sehingga tidak mengherankan tugas mengajar cenderung bersifat rutin.
Pada makalah ini akan dibahas tentang penilaian kelas dengan cara-cara dan bentuknya.
I
I. PENILAIAN KELAS
A. Pengertian Penilaian Kelas
Penilaian Kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penilaian Kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh pendidik untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan peserta didik sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian Kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar. Penilaian dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.
Penilaian Kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test), penilaian hasil kerja peserta didik melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian unjuk kerja (performance) peserta didik. Penilaian Kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran, dari yang berpusat pada pendidik dan yang berpusat pada peserta didik, serta orientasi penilaian dari yang berorientasi diskriminasi peserta didik kepada yang berorientasi diferensiasi peserta didik .
Keseluruhan perubahan itu akan menentukan hasil pendidikan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang diterapkan pendidik dalam proses pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu menggambarkan kemampuan peserta didik yang beragam karena cara dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi.
Karena keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan peserta didik. Hasil evaluasi pelaksanaan Kurikulum 1994 menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar peserta didik , yaitu:
a. mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan tertulis;
b. mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau simbol lainnya;
c. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya;
d. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumber dan media belajar;
B. Cara-cara Penilaian
1. Tes Lisan
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan kepada peserta didik di kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut ditawarkan lagi kepada peserta didik lain untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Dari berbagai alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Alat pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya menerka jawaban yang benar. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.Esai
adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam melakukan pemeriksaan soal esai perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• Siapkan pedoman penilaian atau penskoran segera setelah menulis soal untuk memeriksa jawaban peserta didik kelak.
• Bacalah jawaban peserta didik lalu bandingkan dengan jawaban yang ada pada pedoman.
• Berikan skor sesuai dengan tingkat kelengkapan dan kesempurnaan jawaban peserta didik . Semakin lengkap jawabannya semakin tinggi skornya dan sebaliknya semakin kurang lengkap jawabannya semakin kecil skornya.
• Periksalah seluruh lembar jawaban peserta didik pada nomor yang sama, baru kemudian dilanjutkan memeriksa jawaban nomor berikutnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan objektivitas pemberian skor.
• Hindarkan faktor-faktor yang tidak relevan dalam pemberian skor, seperti bagus tidaknya tulisan, kedekatan hubungan pendidik dengan peserta didik , dan perilaku peserta didik yang menyenangkan atau menjengkelkan.
3. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)
Pada dokumen kurikulum tercantum banyak hasil belajar yang menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Untuk menilai hasil belajar tersebut dibutuhkan pengamatan terhadap peserta didik ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi peserta didik. Cara penilaian ini lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Semakin sering pendidik mengamati unjuk kerja peserta didik, semakin terpercaya hasil penilaian kemampuan peserta didik. Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berpidato, pembacaan puisi, dan diskusi, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi peserta didik dalam diskusi kelompok kecil, menari, memainkan alat musik, dan melakukan aktivitas berbagai cabang olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks sebelum menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Contoh; untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, perlu dilakukan pengamatan berbicara yang beragam, seperti: tanya jawab, diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut:
• Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir.
• Tuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
• Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
• Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati
• Bila menggunakan skala rentang, perlu disediakan kriteria untuk setiap pilihan ( kompeten bila peserta didik …….., agak kompeten bila peserta didik …….. dst. ).
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah cara mengamati dan memberi skor terhadap unjuk kerja peserta didik. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak) atau skala rentang (sangat kompeten - kompeten - cukup kompeten - tidak kompeten).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu.
4. Penilaian Produk
Penilaian hasil kerja meliputi pula penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung), barang barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya. Contoh, kemampuan peserta didik menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan berpenampilan menarik.
Penilaian dalam pembelajaran Bahasa Arab yg bisa dilakukan melalui penilaian produk adalah kemampuan menulis (maharah al-kitabah/insya’).
Pengembangan produk meliputi tiga tahap.
•Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
• Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
• Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
Untuk produk penilaian biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik. Cara holistik yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. Cara analitik terhadap aspek-aspek produk yang berbeda, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Contoh penilaian untuk produk teknologi pada tahap perencanaan termasuk kriteria yang berkaitan dengan desain dan pemilihan bahan pada tahap produksi termasuk kriteria yang berkaitan dengan aplikasi proses dan kemampuan menggunakan alat dan pada tahap appraisal termasuk kriteria berkaitan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan.
5. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya (hasil kerja) seorang peserta didik dalam satu periode. Kumpulan karya ini menggambarkan taraf kemampuan/kompetensi yang telah dicapai seorang peserta didik .
Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya tersebut dapat diperbaiki jika peserta didik menghendakinya. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Perkembangan tersebut tidak dapat terlihat dari hasil pengujian. Kumpulan karya peserta didik itu merupakan refleksi perkembangan berbagai kompetensi. Di samping itu, kumpulan karya yang berkelanjutan lebih memperkuat hubungan pembelajaran dan penilaian.
Pengumpulan dan penilaian karya peserta didik yang terus-menerus sebaiknya dijadikan titik sentral program pengajaran, karena penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. Karya tersebut harus selalu diberi tanggal sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. Yang menjadi pertimbangan utama adalah pendidik seyogianya menggunakan penilaian portofolio sebagai bagian integral dari proses pembelajaran karena nilai diagnostik portofolio sangat berarti bagi pendidik .
Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan peserta didik dalam ilmu-ilmu sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah matematika. Guru bahasa asing (Arab) dapat menggunakan portofolio audio untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berbicara. Rekaman contoh-contoh berbicara peserta didik yang dikumpulkan secara terus- menerus dalam waktu tertentu dapat dimasukkan dalam portofolio berbicara.
Untuk melihat dan mendiagnosis kesulitan peserta didik dalam mengarang, pendidik dapat mengumpulkan tulisan-tulisan peserta didik. Untuk mendapatkan hasil terbaik pada pertunjukan mendatang, seorang pelatih drama dapat menggunakan "videotape" untuk merekam latihan-latihan.
Berikut ini dikemukakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membuat portofolio di dalam kelas.
• Pastikan bahwa tiap peserta didik merasa memiliki portofolio. Dalam hal ini peserta didik perlu diberi penjelasan maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja sementara peserta didik yang digunakan hanya oleh pendidik untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik itu sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
• Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel karya apa saja yang akan dikumpulkan. Kemungkinan karya yang dikumpulkan tidak sama antara peserta didik yang satu dan yang lain. Misalnya, untuk kemampuan menulis karangan karya yang dikumpulkan adalah karangan-karangan peserta didik . Untuk kemampuan menggambar, karya yang dikumpulkan adalah gambar-gambar buatan peserta didik .
• Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder.
• Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel karya peserta didik beserta pembobotannya bersama para peserta didik agar dicapai kesepakatan. Diskusikan dengan para peserta didik bagaimana menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan menulis karangan, kriteria penilaiannya misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria penilaian suatu karya dibahas dan disepakati bersama peserta didik sebelum peserta didik membuat karya tersebut. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) pendidik dan berusaha mencapai harapan atau standar itu.
• Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Pendidik dapat membimbing peserta didik tentang bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan atau kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
• Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya jelek atau belum memuaskan peserta didik , kepada peserta didik dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun, antara peserta didik dan pendidik perlu dibuat "kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada pendidik .
• Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang tua peserta didik . Orang tua perlu diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan portofolio sehingga mereka dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Alat penilaian tertulis seperti pilihan ganda yang mengarah kepada hanya satu jawaban yang benar (convergent thinking), tidak mampu menilai keterampilan/kemampuan lain yang dimiliki peserta didik. Hal ini amat menghambat penguasaan beragam kompetensi yang tercantum pada kurikulum secara utuh. Alat penilaian pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan-balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar.
Karena itu, pendidik hendaknya mengembangkan alat-alat penilaian yang membedakan antara jenis-jenis kompetensi yang berbeda dari tiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menjadi rujukan terhadap pencapaian peserta didik dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga hasil tersebut dapat menggambarkan profil peserta didik secara lengkap.
Penilaian kemajuan belajar peserta didik pada KTSP/kurikulum berbasis kompetensi menghendaki ciri-ciri berikut ini :
?
Tujuan penilaian bergeser dari keperluan untuk klasifikasi peserta didik (diskriminasi) ke pelayanan individual peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya (diferensiasi).
?
Lebih cenderung menggunakan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion referenced assessment) daripada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
?
Tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum lebih terjamin dicapai karena kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama.
?
Tidak sekedar menerapkan penilaian tertulis dan lisan tetapi juga penilaian unjuk kerja, produk, portofolio dan tingkah laku untuk menjamin validitas penilaian, objektivitas penilaian, dan keanekaragaman kompetensi yang dinilai agar kemampuan peserta didik lebih rinci terpapar dan tergambarkan.
?
Profil kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar memberikan informasi yang lebih lengkap dan mudah dipahami baik oleh peserta didik , orang tua, pendidik lain maupun pengguna lulusan, sehingga prinsip akuntabilitas publik lebih terjamin.
?
Pemanfaatan berbagai cara dan alat penilaian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif sehingga mengoptimalkan pengembangan kepribadian serta kemampuan bernalar dan bertindak peserta didik . Pengumpulan informasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dalam suasana formal dan informal, dengan berbagai cara penilaian.
1. Setiap tenaga pendidik yang melaksanakan pembelajaran wajib melakukan penilaian/tes terhadap hasil belajar peserta didiknya. Sebab menilai hasil belajar peserta didik menjadi bagian integral dari tugas guru/pendidik.
2. Cara-cara penilaian bisa berupa penilaian lisan, tertulis, penilaian unjuk kerja, penilaian produk, dan penilaian portofolio.
3. Bentuk instrumen tes antara lain adalah tes pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, dan menjodohkan.
?
DAFTAR PUSTAKA
?
Djaali.( 2007), Assesment Berbasis Kelas, Diktat Perkuliahan PPS UHAMKA program PEP.
Ebel, R. L. (1979). Essentials of education measurement. New Jersey: Prentice Hall.
Jahja Umar. 2002, Bahan penataran Pengujuan Pendidikan, Departemen Pemdidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilain Pendidikan
Masna, Muh. 2004. Teknik Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Arab, Makalah. Jakarta : Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan.
Mardjanim. 2002, Pengukuran Hasil Belajar Makalah Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang Tingkat Pertama, Lembaga Administrasi Negara RI.
Nana Sudjana. 1989, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Wahab, Muhbib, Abdul. 2006. Teknik Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, Makalah. Jakarta : Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan.
Safari. 2008. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : APSI Pusat.
?
?
?
?
?
?