Penta Boyz Hadirkan Keindahan dalam Perbedaan
Jakarta (Balitbang Diklat)---Seminar dan Lokakarya Penguatan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi telah usai. Namun kemeriahannya masih membekas dan memberikan pengalaman tersendiri bagi para peserta yang hadir dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Balitbang Diklat secara khusus menghadirkan grup acapella kenamaan di tanah air, Penta Boyz. Kehadiran Penta Boyz bukan tanpa alasan, melainkan untuk memberikan warna dan semangat dalam acara yang penuh dengan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan tersebut.
Penta Boyz yang digawangi oleh Armando Zidane, Indra Gunawan, Joko Tatarang, Marta Dinata, dan Roni Harvey Maspaitella telah menjadi ikon dalam dunia musik acapella Indonesia sejak dibentuk pada tahun 2001. Mereka dikenal luas melalui lagu hitsnya "Sayang Bilang Sayang" yang dirilis pada tahun yang sama.
Prestasi grup musik ini tidak main-main. Pada tahun 2001, Penta Boyz berhasil meraih gelar juara The Best Perform pada Golden Stage International Festival di Bukares, Rumania, mengalahkan peserta dari 23 negara dalam kompetisi acapella tingkat dunia. Selain itu, pada tahun 2009, mereka menggelar konser di Melbourne, Australia, membawakan lagu "Indonesia Pusaka" gubahan Ismail Marzuki yang mendapat sambutan meriah.
Salah satu keunikan Penta Boyz adalah latar belakang anggota yang berasal dari berbagai agama dan suku. Indra Gunawan, salah satu anggota, mengungkapkan bahwa perbedaan tersebut justru menjadi kekuatan mereka.
"Perbedaan itu malah kami jadikan keindahan. Artinya, hidup ini atau dunia ini tidak asik tanpa perbedaan. Kami bisa saling menghormati dan bertoleransi. Kami saling mengingatkan satu sama lain, apakah sudah menjalankan ibadah atau belum," ujar Indra di Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Marta Dinata menambahkan bahwa moderasi beragama adalah nilai yang mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sebagai grup musik. "Penta Boyz terdiri dari perbedaan agama dan suku, dan kami bertoleransi satu sama lain. Sudah 25 tahun kami berjalan bersama karena perbedaan itulah yang membuat kami kuat," kata Marta.
Penta Boyz adalah contoh nyata dari moderasi beragama, perbedaan agama dan suku di antara mereka dijadikan kekuatan untuk saling menghargai dan menghormati. Indra dari Sulawesi Selatan, Marta dari Sumatra Barat, Joko dari Sulawesi Utara, dan Roni dari Sulawesi Selatan adalah cerminan dari kebhinekaan Indonesia yang harmonis.
Dengan semangat kebersamaan dan toleransi yang ditampilkan oleh Penta Boyz, diharapkan para peserta Seminar dan Lokakarya Moderasi Beragama dapat mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menginspirasi lingkungan sekitar untuk hidup dalam damai dan harmonis di tengah keberagaman.
(Barjah/diad)