Pentingnya Kisah dalam Alquran sebagai Pembelajaran

2 Agt 2019
Pentingnya Kisah dalam Alquran sebagai Pembelajaran
ilustrasi

Jakarta (2 Agustus 2019). Kisah dalam Alquran sangat penting bagi manusia. Sebab, dari kisah-kisah inspiratif tersebut kita bisa mendapatkan teladan dan pencerahan. Apalagi dalam kitab suci umat Islam ini terdapat sebuah surah bernama Al Qasas yang artinya Kisah-kisah.

Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abd. Rahman Mas’ud mengatakan hal tersebut saat menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al-Ikhlas kantor Kemenag Jl. M.H. Thamrin No. 6 Jakarta Pusat, Jumat (02/08). Khutbah tersebut bertajuk Kisah-kisah Heroik dalam Alquran.

“Bahkan, salah seorang mufasir Nusantara yang luar biasa, yakni Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1897) waktu menafsiri surah Al Fatihah mengatakan bahwa dalam surah ini mengandung sejarah orang yang memperoleh nikmat, seperti para anbia (allazina an'amta), bukan orang yang dimurkai Allah (ghairil magdlubi). Juga mengingatkan pentingnya pelajaran yang bisa kita dapat dari kisah-kisah dalam kitab suci kita,” ujarnya.

Sebab, lanjut Kaban, tidak sedikit saat umat Islam abai terhadap ajarannya sendiri maka kesengsaraan lah yang akan dialaminya. Oleh karena itu, kita tahu betapa pentingnya kita kembali menelaah firman Allah yang pertama kali turun, yakni iqra’ bismi rabbika.

“Intinya adalah literasi. Nah, justru iliterasi kini terjadi di mana-mana. Ada soal tradisi membaca survei dari 50 negara di dunia, ternyata Indonesia ada di nomor urut dua. Sayangnya bukan dari atas, tapi dari bawah. Jadi, secara tidak langsung kita telah melanggar iqra’ bismi rabbika ini,” kata Kaban.

Kaban menambahkan, apalagi jika dihubungkan dengan iliterasi sejarah, kisah-kisah nabi dan orang-orang sholeh, sebagian kita benar-benar abai terhadap ajaran penting dalam Alquran kita ini.

Mas’ud lalu mengutip surah Al Qasas ayat 1-5. Dalam ayat tersebut, dikisahkan sejarah Nabi Musa dan Firaun. Kisah itu penting sekali sehingga Allah menempatkannya dalam Alquran. Kisah itu mengajarkan bahwa kekuasaan tiran atau yang rakus kepada kekuasaan sangat patut kita jadikan pelajaran.

“Buktinya ia berhasil dikalahkan Musa, seorang hamba yang tidak punya kekuasaan. Bisa dibilang orang yang paling lemah dalam umatnya waktu itu. Ayatnya jelas sekali. Kita jangan rakus kekuasaan seperti Firaun, jangan terlalu ambisius,” terangnya.

Jangan serakah

Mas’ud lalu mengutip sebuah peribahasa Inggris, World is enough for everyone. But it is not enough for one greedy, Dunia itu cukup untuk semua orang. Tapi ia tidak cukup untuk satu orang yang serakah.

“Intinya, kita nggak perlu rakus. Kita egaliter saja. Kita sama semua hidup di dunia ini. Tidak seperti Firaun yang bikin kasta-kasta,” tandas pria asal Kudus ini.

Lebih lanjut Mas’ud mengatakan, dalam cerita Nabi Yusuf digambarkan bahwa Yusuf bin Ya’qub merupakan sosok pemaaf. Ia pernah hampir saja mati di dalam sumur tua akibat ulah saudara-saudaranya.

“Meski demikian, beliau memaafkan mereka. Jadi, Nabi Yusuf ini contoh ideal bagi kita sebagai orang yang sangat pemaaf, sangat hormat kepada orang tuanya, dan sayang kepada adiknya,” papar doktor jebolan UCLA Amerika ini.

Mas’ud menambahkan, kata kunci dari kisah ini, dilihat dari perspektif pendidikan, bahwa dalam kisah Nabi Yusuf itu ada proses penyadaran. Orang-orang yang jahat itu akhirnya sadar dan mengakui kesalahannya.

“Jadi, pendidikan itu proses penyadaran. Nah, proses ini sangat penting. Sangat tidak tepat jika pendidikan itu mengedepankan punishment atau hukuman. Mestinya anak didik itu dibangkitkan, dijunjung tinggi harga diri,  kepercayaan diri, dan dimaksimalkan kemampuan mereka,” terangnya.

Berbeda misalnya jika anak-anak sejak awal sudah dianggap serba berkekurangan, lalu dihukum, itu tidak akan menghasilkan apa-apa. “Nah, kalau kelebihan anak-anak itu ditonjolkan sejak awal, lalu diperhatikan dan didorong maka sangat bagus. Sebab, pendidik adalah seorang inspirator dan motivator. Nabi Yusuf sebagaimana Nabi Muhammad juga sosok inspirator dan motivator,” pungkasnya. []

Musthofa Asrori/diad

Penulis: Musthofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI