Pergeseran Materi Keilmuan Pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah

11 Mar 2017
Pergeseran Materi Keilmuan Pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah

Mataram (11 Maret 2017). Dalam konteks Indonesia, pendidikan Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis. Pertama, pendidikan agama yang diselenggarakan sebagai satuan pendidikan agama Islam di semua jenjang dan jalur pendidikan. Kedua, pendidikan umum dengan karakteristik Islam dalam satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, baik jalur formal, non-formal maupun informal. Ketiga, pendidikan keagamaan Islam di berbagai satuan pendidikan diniyyah dan pesantren yang diselenggarakan pada jalur formal, non-formal, dan informal.

Demikian pernyataan disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat, Prof. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. saat menjadi Keynote Speaker dengan memaparkan materi berjudul “Science with Basis of Al-Quran: The Shifting of Teaching Subjects in Islamic Schools”, pada Konferensi Tahunan Kedua Jurnal Ulumuna IAIN Mataram dengan mengambil tema “The Qur’an and Science: The Shift of Traditional and Modern Subjects in Islamic Schools (Pesantren and Madrasa)”, bertempat di Puri Indah Hotel & Convention Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 11 Maret 2017.

Konferensi ini dibuka oleh rektor IAIN Mataram, Dr. H. Mutawali, M.Ag, dan juga turut dihadiri oleh Prof. Dr. Masdar Hilmy (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya) dan Dr. Phil. Sahiron Syamsudin (Dosen Senior UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) sebagai panelis. Tak kurang dari 70 artikel yang masuk, dan yang berhasil terseleksi berjumlah 19 paper. Adapun peserta dari konferensi ini berjumlah 106 orang yang  berasal dari akademisi IAIN Mataram. 

Selanjutnya, Mas’ud menegaskan Indonesia memiliki populasi muslim dan lembaga pendidikan Islam terbesar di dunia Islam. Masyarakat muslim berharap terhadap pendidikan Islam. Menurutnya, para penyelenggara mengarahkan pada dua misi utama pendidikan, yakni sebagai misi preservation dan promoting social change. Peran preservation atau continuity antara lain pendidikan Islam diperankan untuk sosialisasi, menjaga identitas kultural (cultural identity), menjaga dan melanggengkan tradisi dan budaya masyarakat dimana pendidikan berlangsung.

Adapun peran promoting social change, pendidikan mengajarkan beragam cara yang akan merubah masyarakat kepada perbaikan atau kemajuan, pendidikan sebagai wahana penyebaran pengetahuan, sain dan teknologi, nilai-nilai modernitas, berbagai keterampilan berbasis teknologi sampai pengembangan muatan ideologi.

Lebih lanjut, Mas’ud menyatakan jika ditakar dari kedua misi tersebut akan melahirkan dua asumsi, yaitu: semakin besar peran preservation ataucontinuity sebuah lembaga pendidikan akan cenderung  konservatif, eksklusif kurang terbuka terhadap sistem di luarnya.  Sebaliknya semakin besar peran promosi perubahan sosial (promoting social change) sebuah lembaga pendidikan akan cenderung terbuka terhadap sistem di luarnya.

Di akhir sesi, Mas’ud berharap semoga pendidikan di pesantren dan madrasah dalam bentuk pelibatan berbagai materi keilmuan baik keagamaan maupun umum, dapat memerankan dirinya sebagai lembaga preserver sekaligus promotor perubahan sosial. (iqbal/bas)

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI