Perlu Dikembangkan Buku Lanjutan “Emotional Leadership”

5 Apr 2017
Perlu Dikembangkan Buku Lanjutan “Emotional Leadership”

Ciputat (5 April 2017). Bedah buku tahap 2 Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan yang dilaksanakan hari Senin, 3 April 2017 mengambil tema Penjaminan Mutu dengan membahas buku “Manajemen Pendidikan” karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA., pada sesi pertama. Sedangkan pada sesi kedua membahas buku ”Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan” karya Prof. Dr. Djam’an Satori, M.A.

Pada acara pembukaan  Kabid I Dr. Aep Syaefudin Firdaus, mewakili Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, berharap bedah buku tahap 2 dengan fokus penjaminan mutu pendidikan dapat memberikan pemahaman makro dan mikro tentang literatur penjaminan mutu pendidikan dan pelatihan. Juga dapat memberikan rekomendasi yang nantinya dapat melahirkan buku baru yang dikembangkan widyaiswara; sehingga ke depan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan menjadi lembaga yang prestisius.

Dalam bahasannya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA.,menjelaskan manajemen yang terlalu teknis dan mengandalkan kekuasaan (powership) sehingga manusia yang bekerja di lingkungan tersebut menjadi tidak nyaman atau galau sudah ditinggalkan. Sekarang manajemen berbasis humanis, inner control, inner dinamic dan motivation yang berkembang. Budaya unggul dan kepemimpinan berbasis emosional dan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan akan melahirkan quality controldan akhirnya bermuara kepada “trust”.  Selanjutnya, Abuddin Nata, mengungkapkan, untuk melahirkan mutu harus ada continuous improvement. Artinya, harus ada riset yang terus menerus dan “gila” terhadap mutu atau bid’ah hasanah. Dengan demikian, akan muncul budaya profesional.

Sesi pertama bedah buku yang dipandu Dr. M. Hatta, M.Pd., melahirkan rekomendasi antara lain: Pertama, manajemen berbasis humanistik dan manajemen berbasis strategik perlu dikembangkan. Kedua, TQM (Total Quality Control) harus dilakukan dan dikembangkan secara terus menerus. Ketiga, buku “Emotional Leadership” perlu dikembangkan widyaiswara Pusdiklat Teknis. Keempat, moral improvement (manajemen dan pengembangan moral harus didesiminasikan).

Pada sesi kedua, dibedah buku “Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan” karya Prof. Djam’an Satori, M.A., dijelaskan dalam professional pendidikan diperlukan perencanaan/program, pelaksanaan program, control, supervise, dan evaluasi. Dalam buku itu dibahas tentang pengawasan pendidikan mulai halaman  32-50; dan bahasan tentang supervisi akademik  mulai halaman 51-83;  bahasan tentang pengawasan pendidikan di sekolah mulai halaman 85 – 103; dan bahasan tentang pengawasan sekolah oleh Pemerintah Daerah mulai halaman mulai 171 – 187; juga bahasan tentang pemberdayaan peran pelaku dan wadah supervisi pendidikan mulai halaman 218 - 232. Hal ini menunjukkan, betapa pengawasan dan kontrol terhadap mutu pendidikan di sekolah atau madrasah sangat penting.

Lebih lanjut, kata Djam’an Satori, supervisi yang efektif dapat melahirkan wadah kerja sama yang dapat mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari. Supervisi yang efektif dapat merangsang kreatifitas guru untuk memunculkan gagasan perubahan dan pembaruan. Supervisi yang efektif menumbuhkan lahirnya perubahan dan pembaruan dari bawah yang sangat diperlukan bagi perbaikan pendidikan dan pengajaran. Selain itu, untuk pengendalian mutu guru diperlukan antara lain: analisis kompetensi guru, mutu pendidikan profesi guru, penilaian kinerja guru, pendidikan guru dalam jabatan, dan pengembangan profesi berkelanjutan.

Seperti halnya Prof. Dr. Abuddin Nata, MA., Prof Dr. Djam’an Satori, MA., pun menegaskan , untuk meraih mutu diperlukan lembaga yang mengedepankan kepuasan user. TNA (Training Need Analysis)  perlu dilaksanakan tiap tahunnya, guna menjaring informasi yang akurat dari lapangan. Selanjutnya, perlu lembaga independen yang melakukan akreditasi tersebut. Dalam menyoroti lembaga diklat, Djam’an mengatakan seharusnya setelah seseorang didiklat dia bertambah cinta terhadap pekerjaannya. Pekerjaan yang dicintai dan dikerjakan dengan sepenuh hati akan membuahkan hasil baik. Dengan begitu, lembaga tersebut dapat bermutu. (hindun anwar/bas/wan)

 

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI