Perlu Penelitian untuk Perbaikan Kebijakan
Jakarta (10 November 2014). Rekomendasi penelitian untuk perbaikan kebijakan menjadi suatu keniscayaan. Hal ini karena hasil penelitian tidak hanya menganalisis dan menafsirkan data, melainkan juga memberikan rekomendasi konkret bagi kebijakan.
Demikian salah satu kesimpulan Seminar Penelitian Kompetitif Kehidupan Keagamaan sebagaimana disampaikan Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Dr. H. Muharam di Jakarta, Sabtu (8/11). Seminar dibuka oleh Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan yang berlangsung sejak Kamis (6/11) hingga Sabtu (8/11).
Hadir sebagai narasumber utama Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud , Ph.D. (Kepala Badan Litbang dan Diklat); H. Bahrul Hayat, Ph.D. (mantan Sekjen Kementerian Agama); Dr. H. Endang Turmudi, M.A. (peneliti LIPI); dan Dr. H. M. Adlin Sila, Ph.D. (peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan).
Dalam tanggapannya, para narasumber mengapresiasi hasil penelitian yang didiskusikan dalam seminar ini. H. Bahrul Hayat, Ph.D., menyatakan bahwa hasil penelitian ini penting untuk mensuplai kebijakan menteri. Namun, sering bahasa yang digunakan dalam rekomendasi sangat umum, padahal dibutuhkan bahasa lebih konkret untuk policy.
Lebih jauh, beliau menyatakan rekomendasi dari hasil penelitian perlu tergambarkan dalam program. “Bayangkan di sebelah kanan ada program, di sebelah kiri ada hasil penelitian. Ini yang seringkali dalam pengalaman tidak didekatkan. Kita harus lebih tajam, kira-kira regulasi (tentang) apa? Kalau perlu sarannya (rekomendasi penelitian-red) memuat pokok-pokok pikiran yang terefleksikan dalam program”, ujarnya.
Dalam sesi diskusi, para peserta mengapresiasi hasil Penelitian Kompetitif Kehidupan Keagamaan yang diselenggarakan Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Selain memberikan kritikan dan masukan, para peserta juga menyarankan agar rekomendasi dalam penelitian itu lebih konkret dengan bahasa yang mudah dipahami oleh para pemangku kebijakan.
Menanggapi diskusi yang berkembang, Dr. H. Endang Turmudi, MA., menyatakan dari sisi topik, penelitian ini menarik tapi kurang penajaman persoalan. Menurutnya, penelitian itu tidak hanya ingin tahu akan subyek yang diteliti, melainkan juga ada problem yang hendak dipecahkan. Dengan begitu, “peneliti bisa melakukan terobosan atau memberikan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan”, ujarnya.
abbas/viks/ags