Poin Penting dalam Indeks Penerimaan Umat Beragama atas Keragaman Budaya
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno, mengungkapkan tiga poin penting dalam Kick Off Meeting Indeks Penerimaan Umat Beragama atas Keragaman Budaya. Pertama, harus dilihat secara utuh kemungkinan adanya korelasi antara tren yang nilai skornya rendah.
“Tren yang nilai skornya rendah dari tahun sebelumnya, akan berulang atau tidak di tahun 2023? Kalau ini konsisten, ini berbahaya,” ujar Suyitno di hadapan tim Yayasan Visi Mulia Madani di bawah pimpinan Imam Soeyoeti, serta para analis kebijakan dari unit Eselon I Kementerian Agama.
Suyitno menyampaikan hal tersebut pada Kick Off Meeting Indeks Penerimaan Umat Beragama atas Keragaman Budaya, yang diselenggarakan Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kementerian Agama RI di Jakarta, Senin (25/3/2024).
Menurut Suyitno, gejala intoleransi dari tahuh ke tahun yang konsisten akan berbahaya. Hal ini harus segera direspons, bukan hanya dengan sekedar rapat. Kedua, korelasi antara yang tingkat moderasinya tinggi, apakah memiliki korelasi atau tidak dengan keberagamaannya di daerah tersebut.
“Daripada kita membuat instrumen baru, lebih baik kita mengorelasikan instrumen. Itu akan jauh lebih bermakna,” ucap Suyitno.
Menjadi perhatian lainnya, Suyitno berharap ini bisa paralel dengan kebijakan Kemendikbudristek. Dalam konteks pemajuan budaya nasional, apakah budaya pop atau budaya lokal yang klasik, atau budaya lokal klasik dijadikan modal sosial dan modal nasional.
Sementara itu, Kapuslitbang LKKMO, Moh. Isom, mengungkapkan bahwa budaya bisa memberikan rekomendasi kebijakan terkait pendidikan, kerukunan, dan kewaspadaan atau preventif terhadap konflik yang akan muncul.
“Hasil survei ini tidak semata-mata secara kasat mata bagaimana umat beragama menerima keragaman budaya, tetapi budaya dalam arti luas menjadi rekomendasi kebijakan dan implementasi bagi seluruh agama,” pungasnya. (Barjah/bas/sri)