PPBALLK Dorong Inklusivisme Melalui Penilaian Buku Teks Pendidikan Keagamaan Kristen
Jakarta (BMBPSDM)---Sidang Penyelia Buku Teks Utama Pendidikan Keagamaan Kristen sukses digelar di Jakarta, Kamis (28/11/2024). Sidang ini menandai langkah akhir dari proses penilaian yang dilakukan Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan (PPBALLK). Tidak sekadar menelaah dan memastikan kualitas teknis dan substansi akademik, proyek ini juga menunjukkan komitmen PPBALLK dalam memajukan pendidikan di Indonesia berbasis inklusivisme, sebuah nilai penting yang mengolaborasikan harmoni dan keberagaman.
Dalam sambutannya, Kepala PPBALLK Moh. Isom mengatakan bahwa proses penilaian buku ini tidak hanya berfungsi sebagai upaya teknis administratif, tetapi juga sebagai bagian dari tanggung jawab moral untuk menciptakan bahan ajar yang memperkuat persatuan di tengah keberagaman bangsa.
"Buku pendidikan keagamaan ini harus menjadi cerminan nilai inklusif, menghormati ajaran agama masing-masing, namun tetap selaras dengan empat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Persatuan Indonesia," ujarnya.
Menurut Isom, inklusivisme yang diusung PPBALLK tercermin dalam proses penilaian yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk tenaga ahli dalam bidang pendidikan, teolog, dan praktisi keagamaan dari berbagai latar belakang. Pendekatan ini memastikan bahwa buku-buku yang dinilai tidak hanya bebas dari unsur sara, diskriminasi, dan kekerasan, tetapi juga mampu membangun wawasan kebangsaan dan toleransi yang kuat.
Untuk buku Pendidikan Keagamaan Kristen, lanjut Isom, sebanyak sembilan buku teks utama telah dinilai dan dipastikan layak terbit. Buku-buku tersebut mencakup mata pelajaran seperti Pengetahuan Alkitab, Etika Kristen, dan Dogmatika Kristen. Dalam prosesnya, PPBALLK berkolaborasi erat dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, yang bertanggung jawab atas penyusunan substansi utama.
Isom juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas institusi dalam menciptakan bahan ajar yang inklusif. "Kami di sini hanya bertugas menyelaraskan standar operasional prosedur, sementara isi dan substansi diserahkan kepada direktorat masing-masing. Namun, kami memastikan bahwa kontennya tidak mengandung unsur yang dapat memecah belah bangsa," ungkapnya. Ia juga mengapresiasi Direktorat Jenderal Bimas Kristen atas langkah cepat dan tuntas dalam menyelesaikan penilaian ini.
Lebih jauh, Isom menggarisbawahi bahwa inklusivisme harus menjadi landasan dalam setiap aspek pendidikan keagamaan. "Buku-buku ini harus mendukung nilai-nilai universal seperti penghormatan terhadap keberagaman, hak asasi manusia, dan anti-diskriminasi. Dengan begitu, pendidikan agama tidak hanya membentuk pribadi yang beriman, tetapi juga warga negara yang berkontribusi pada harmoni sosial," tambahnya.
Terakhir, Isom berharap proses penilaian buku pendidikan agama ini dapat menjadi inspirasi bagi penyusunan buku teks utama agama lainnya di tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi umum. “Kami berharap ini menjadi awal yang baik untuk memperluas cakupan buku pendidikan keagamaan yang inklusif, mencerdaskan, dan relevan untuk semua jenjang pendidikan,” pungkasnya.
Sidang ini menjadi bukti nyata dedikasi PPBALLK dalam memajukan pendidikan keagamaan yang berorientasi pada inklusivisme. Melalui pendekatan ini, PPBALLK tidak hanya mendukung penguatan nilai-nilai agama dalam pendidikan, tetapi juga berperan aktif dalam memupuk persatuan di tengah keberagaman Indonesia. Dengan buku teks yang inklusif, generasi muda diharapkan tidak hanya memahami keyakinan mereka, tetapi juga mampu menghargai keberagaman sebagai kekayaan bangsa. (Rheka Humanis)