Puslitbang BALK Seminarkan Hasil Survei Indeks Kesalehan Umat Beragama
Jakarta (12 Oktober 2021). Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Balitbang Diklat Kementerian Agama menggelar seminar hasil survei Indeks Kesalehan Sosial (IKS) tahun 2021. Survei ini berhasil memotret secara kuantitatif, implementasi ibadah yang ada dalam agama-agama, baik yang bersifat individual dan sosial.
Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag, Achmad Gunaryo dalam sambutannya mengatakan, selama ini di masyarakat bisa dikatakan kesalehan ritual atau individualnya sudah tinggi. Namun, kesalehan sosialnya belum sesuai harapan.
“Hasil survei ini menjadi informasi penting bagi pemerintah dan organisasi keagamaan tentang potret kesalehan sosial masyarakat, serta bagaimana upaya meningkatkannya,” kata Kaban.
Kepala Puslitbang BALK M. Adlin Sila menambahkan, masyarakat umumnya memberi perhatian tinggi atas kesalehan ritual, padahal fungsi agama itu menyempurnakan akhlak atau rahmatan lil alamin.
“Itu berarti kesalehan sosial penting. Selama ini, pengaruh agama belum signifikan dalam kemanusiaan, lingkungan, dan pemerintahan yang bersih. Penelitian ini, diharapkan mampu memprediksi apa yang perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Menanggapi pertanyaan mengapa survei ini dilakukan, Ketua Survei IKS Abdul Jamil Wahab menjelaskan, ibadah dalam agama-agama ada yang bersifat ritual atau individual dan sosial.
“Dalam implementasinya bisa ada empat kategori yaitu: ibadah ritual dan sosial bisa sama-sama tinggi, bisa sama-sama rendah, ritualnya rendah dan sosialnya tinggi, atau ritualnya tinggi dan sosialnya rendah,” kata Jamil.
“Ini perlu dibuktikan melalui riset atau survei sehingga diketahui bagaimana realitasnya. Jangan sampai, ritual tinggi tapi sosial rendah. Itu berarti agama tidak kontributif bagi pembangunan nasional,” sambungnya.
Pria kelahiran Cirebon ini menambahkan, hasil survei tersebut menyimpulkan bahwa skor nasional IKS tahun 2021 terkategori sangat baik, yaitu 83,92. Hasil survei juga menyatakan masing-masing independent variable, yaitu habitus, pengamalan ritual agama, pengetahuan agama, dan program Kementerian Agama, berkolerasi positif dan signifikan terhadap kesalehan sosial.
“Temuan ini sekaligus mengkonfirmasi pentingnya meningkatankan variable-variabel tersebut bagi peningkatan kesalihan sosial masyarakat,” terang peneliti madya yang baru sepekan meraih gelar doktor ke-146 Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta ini.
Indeks Kesalehan Sosial, lanjut Jamil, baru mengukur umat beragama dari enam agama besar: Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Ke depan, diharapkan juga bisa mengukur IKS dari agama-agama lainnya yang ada di Indoensia, termasuk kelompok Penghayat Kepercayaan.
“Selama ini, ada asumsi bahwa mereka memiliki kesalehan sosial tinggi, utamanya pada dimensi kepedulian yang tinggi dalam isu lingkungan dan budi pekerti. Hal ini perlu dibuktikan dalam survei sehingga bisa jadi best practices bagi yang lain,” tandasnya.
Seminar yang dihadiri oleh perwakilan majelis agama-agama, akademisi, peneliti, perwakilan bimas-bimas agama, dan penyuluh agama ini diagendakan tiga hari, Senin-Rabu, 11-13 Oktober 2021 di Hotel Ibis Gajah Mada Jakarta.[]
Ova/Diad