Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Gelar Uji Draf Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah Karakter Indonesia
Bandung (18 Oktober 2017). Setelah di Ambon dan Surakarta, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan kembali menggelar Uji Draf Pedoman Dakwah Islam Wasathiyah Karakter Indonesia dalam bentuk workshop di Kota Bandung, Jawa Barat, 16-18 Oktober 2017. Uji draf pedoman ini dipusatkan di Hotel Marbella Dago Bandung bekerjasama dengan Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat.
Bandung dipilih sebagai tempat pengujian draf ini karena merupakan salah satu lokus Penelitian Peta Penyiaran Keagamaan Berbasis Masjid di Indonesia yang diadakan April lalu. Di samping itu, juga karena secara historis Jawa Barat memiliki corak khas keberagamaan tersendiri, setidaknya dengan kehadiran DI-TII, NII dan FUI. Demikian dijelaskan Ketua Panitia Wakhid Sugiyarto.
Sejalan dengan penjelasan Wakhid, Kabid Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat, Ahmad Fathoni, dalam sambutannya mengatakan secara gamblang bagaimana peta dakwah Islam di Jawa Barat terkini. “Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan Puslitbang bekerjasama dengan kami untuk menguji draf pedoman dakwah yang telah disusun oleh tim. Sejujurnya kami harus akui, Jawa Barat memiliki dinamika tersendiri dalam hal corak keberagamaan umat Islamnya. Semoga apa kita lakukan di sini memberikan kontribusi yang signifikan bagi perbaikan pedoman ini”, tega Fatoni saat membuka acara workshophari Rabu (16/10) sore lalu.
Sebagaimana dua tempat sebelumnya, workshop di Bandung juga diikuti 32 orang pelaku dakwah dari berbagai latar belakang. Beberapa penyuluh agama Islam, da’i/da’iyah, takmir masjid, perwakilan Ormas Islam, pegawai Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat, dan sejumlah akademisi dari Bandung tampak dari awal sampai akhir serius dan penuh antusias mengikuti acara workshop di ruangan pertemuan yang terletak di basement hotel tersebut. Peserta yang hadir rata-rata praktisi dakwah dan aktif di ormas. Ini hal yang berbeda dari pelaksanaan workshop uji draf di Kota Bandung tersebut.
Dalam kesempatan diskusi, Hasan dari Persis memberikan kritik. “Bila dilihat dari latar belakang pedoman ini, ada kesan mengarah ke kepentingan tertentu, seakan khawatir pada kelompok-kelompok yang diduga cenderung radikal. Kami berharap pemerintah bisa bersikap netral dalam hal ini”, tukasnya.
Perwakilan dari MUI Provinsi Jawa Barat menyambut baik pedoman ini. Menurutnya, pada tingkat tertentu harus ada pedoman yang bisa meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dalam berdakwah. Pedoman ini bisa menjadi salah satu alternatifnya.
Workshop ini ditutup oleh Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Muharam Marzuki, Ph.D., hari Rabu (18/10) pagi. Dalam arahannya sebelum menutup secara resmi, Muharam mengingatkan bahwa dakwah yang dilakukan umat Islam harus menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita harus menunjukkan bahwa Islam bukan hanya membawa kemaslahatan bagi internal umatnya, tetapi juga berdampak positif bagi umat lainnya. Di sinilah diperlukan pedoman, agar dakwah Islam yang berjalan pada kenyataannya terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan. “Alih-alih membawa kebaikan, tidak sedikit ekspresi dakwah yang ditebarkan oleh pelaku dakwah justru kontra-prduktif bagi Islam itu sendiri. Ini di antara hal yang tidak kita inginkan,” ungkapnya. (Edijun/bas)