Puslitbang Bimas Agama Selenggarakan Bedah Buku Integrasi Wawasan Pemikiran Keberagaman
Jakarta (4 September 2017). Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan bedah buku berjudul “Integrasi Wawasan Pemikiran Keberagaman: antara Tradisi dan Modernitas” di Hotel Arya Duta, Jl. Prajurit KKO Usman dan Harun N0. 44 – 48 Jakarta Pusat 10110. Acara ini bertujuan untuk mendedahkan pandangan seputar cakrawala pemikiran keberagaman di tengah-tengah arus gelombang aliran dan pemikiran yang datang dari luar (transnasional). Buku yang ditulis Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini, membicarakan ikhwal Managing Diversity, Fostering Harmony seperti wawasan kebangsaan, komitmen kenegaraan, menyoal keberagaman etnis/suku, perbedaan latar belakang budaya, dan menjaga keutuhan NKRI.
Kegiatan ini dihadiri Kepala Badan Litbang dan Diklat, Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D.; Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Dr. H. Muharram Marzuki; perwakilan pemuka agama, Penyuluh Agama; perwakilan Bimas Islam, Bimas Kristen, Bimas Hindu, Bimas Budha, Khonghucu dan perwakilan dari Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) serta para peneliti di lingkungan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan.
Tampil sebagai pembahas Prof. Dr. Achmad Fedyani Saifuddin, Guru Besar Antropologi UI dan Ketua Komnas HAM Dr. H. Imdadun Rahmat, M.Si.
Dalam sambutannya, Mas’ud mengapresiasi acara bedah buku ini, Menurutnya, buku ini berisi artikel-artikel yang menarik hati/menyentuh (touching), menelusuri isu-isu penting terutama harmonisasi, makna kebhinekaan, cinta (love, khususnya cerita tentang keluarga), kedamaian (peace), mendorong motivasi beragama, memberdayakan masyarakat pemeluk agama, berbagi kisah perjalanan hidupnya, pengalaman penulisnya sebagai Kepala Puslitbang Kehidupan Beragama tahun 2005-2007 yang menorehkan momen penting dalam menyusun pengaturan lalu lintas kehidupan beragama di Indonesia.
Penulisnya ikut menggodok lahirnya Peraturan Bersama Menteri (PBM) Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, dan juga akademisi yang aktif-produktif serta patut ditiru oleh generasi sekarang (sebagai uswah/modeling); juga peneliti Litbang dan Diklat agar terus berkarya.
Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, penulis buku ini, mengucapkan terima kasih atas kesediaan peserta untuk menghadiri acara bedah buku yang sejatinya merupakan buku kenang-kenangan dirinya sendiri yang telah berusia 70 tahun. Ridwan Lubis mengatakan setiap agama memiliki empat komponen yang terkait antara satu dengan lainnya; yaitu doktrin, ritual, etika, dan pranata. Sebagai doktrin, agama diyakini oleh setiap penganutnya sebagai hal yang absolut kebenarannya. “Oleh karena itu, lahir dua klaim dalam beragama yaitu klaim kebenaran (truth claim) dan klaim keselamatan (salvation claim),” ungkapnya.
Doktrin agama diwujudkan penghayatannya dalam bentuk ritual yang terkadang sukar dipahami oleh orang yang bukan penganutnya. Pada tahapan berikutnya, ritual itu terejawantahkan dalam berbagai ketentuan hukum maupun tata aturan yang disebut etika. “Maka dalam etika, terhimpun sejumlah perintah, anjuran, maupun larangan menurut agama yang bersangkutan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Sang Khaliq,” ujar guru besar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Ridwan Lubis menjelaskan maksud dan misi tulisan di bukunya tersebut. Pertama, sebagai wujud pertanggungjawaban akademis dan administratif berkenaan dengan penulis yang akan memasuki masa purna tugas sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) terhitung tanggal 19 Oktober 2017 nanti. Kedua, sebagai kewajiban moral untuk mendorong semangat para pemerhati keagamaan agar terus bersemangat dalam pemeliharaan tradisi dan modernitas pada setiap agama yang hidup dan berkembang di Indonesia.
Di akhir paparannya, Ridwan Lubis menghaturkan permohonan maaf jika dalam kepemimpinannya ada ucapan, tulisan, dan tata berkomunikasi, khususnya selama berkiprah di Kementerian Agama terdapat berbagai kekurangan serta perasaan yang kurang berkenan di hati para teman sejawat dan kolega kantor. (Nasrullah Nurdin/bas/wan).