Puslitbang LKKMO Siap Terapkan 5 Kunci Utama untuk Sukses Publikasi Internasional
Bandung (Balitbang Diklat)---Ada lima kunci utama yang menjadi penilaian dalam indeksasi Scopus. Di balik proses indeksasi Scopus yang kompleks ini, terdapat tim asesor dari Scopus yaitu Content Selection and Advisory Board (CSAB) yang mempengaruhi keputusan diterima atau tidaknya jurnal untuk terindeks Scopus. Selain itu, juga terdapat local board di masing-masing negara. Sejauh ini yang sudah memilikinya yaitu Thailand, Korea, dan Rusia.
Hal tersebut dikemukakan Busro reviewer dan editor beberapa jurnal UIN Sunan Gunung Djati Bandung saat dialog dan diskusi dengan Tim Jurnal Lektur Keagamaan (JLK) dan Jurnal Heritage of Nusantara (JHN) Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi di Bandung, Kamis (15/8/2024).
Busro menuturkan bahwa mengetahui siapa yang berada di balik keputusan ini adalah langkah awal yang penting. Perlu diketahui bahwa para CSAB Scopus ini memiliki keahlian yang beragam, dan belum ada yang spesifik memiliki spesialisasi dalam studi keagamaan seperti focus and scope yang dimiliki Jurnal Lektur Keagamaan (JLK) dan Jurnal Heritage of Nusantara (JHN). Dengan demikian, penilaian mereka lebih berfokus pada konsep dan kerangka pikir riset yang disajikan dalam jurnal, dibandingkan rincian substansi atau konten artikel secara spesifik.
Menurut Busro, ada beberapa aspek krusial yang menjadi perhatian utama para asesor ketika menilai jurnal untuk diindeksasi. Pertama, journal policy menjadi hal yang sangat diperhatikan.
“Journal policy atau kebijakan jurnal ini termasuk pernyataan tentang focus and scope, yang harus mencakup deskripsi yang jelas mengenai nama jurnal dan adanya proses peer review. Menurut penilaian asesor Scopus, peer review yang paling bagus yaitu double blind peer review. Selain itu, juga proses review jurnal harus dijabarkan secara rinci. Jurnal seperti ASEAN Journal of Scientific and Technological Reports (AJSTR) bisa menjadi contoh bagus dalam hal ini,” jelas Busro.
Selain itu, diversitas penulis dan editor juga sangat penting. CSAB lebih menyukai jurnal yang memiliki editor dari berbagai belahan dunia, bahkan perlu adanya perwakilan dari tiap benua. Penulis-penulis juga harus berasal dari negara lain.
“Untuk memudahkan CSAB melakukan penilaian jurnal yang ingin diindeks Scopus, ada baiknya untuk menuliskan negaral asal penulis di halaman depan deskripsi masing-masing artikel bersamaan dengan judul dan penulis artikelnya. Dengan demikian, tim CSAB Scopus dapat dengan mudah melihat keberagaman ini tanpa harus membuka satu per satu artikel,” ujar Busro lebih lanjut.
Kedua, kualitas konten adalah faktor yang tidak kalah penting. Konten yang dikirimkan biasanya mencakup tiga edisi terakhir atau sepuluh artikel terbaru. Kontribusi atau kebermanfaatan jurnal harus jelas terlihat dan dituliskan di akhir abstrak, akhir pendahuluan, dan kesimpulan.
Ketiga, journal standing atau kekuatan jurnal menjadi aspek yang sangat diperhatikan. Kekuatan jurnal terletak pada sitasinya dan testimoni dari pembaca. Scopus ingin memastikan bahwa jurnal tersebut memiliki pengakuan dan penggunaan yang signifikan. Oleh karena itu, sitasi dan testimoni tentang jurnal ini sangat penting dalam penilaian.
“Scopus itu kalau dianalogikan seperti distributor atau tempat diperdagangkannya berbagai jurnal, nah kalau mau jurnal kita didagangkan di Scopus, maka kita harus meyakinkan Scopus mengenai kualitas jurnal kita dengan adanya testimoni dari para pembaca. Testimoni yang dimaksud yaitu sitasi. Jadi pastikan jurnal yang mau diajukan indeks scopus ini memiliki sitasi yang banyak,” tutur Busro.
Keempat, keteraturan terbit adalah poin yang menunjukkan profesionalisme jurnal. Jurnal harus mematuhi jadwal terbit yang telah ditetapkan. Keteraturan ini mencerminkan konsistensi dan komitmen dalam publikasi.
Kunci terakhir yaitu ketersediaan online yang menjadi faktor yang juga dinilai secara mendetail. Artikel harus tersedia secara online dengan website yang memberikan informasi lengkap dan berkualitas. Penggunaan bahasa Inggris yang baik serta kelengkapan informasi di website juga menjadi poin penilaian asesor.
Selain hal-hal yang telah dijelaskan di atas, asesor Scopus juga memperhatikan detail teknis seperti tidak menggunakan singkatan atau gelar pada nama belakang penulis agar tidak mengganggu algoritma pencarian seperti Google Scholar. Judul artikel di dashboard OJS sebaiknya menggunakan huruf kapital pada setiap huruf depan untuk mempermudah kutipan.
Scopus juga memiliki daftar alasan spesifik untuk penerimaan dan penolakan jurnal. Oleh karena itu, memahami dan mengatasi alasan-alasan ini adalah langkah strategis yang penting. Dengan memahami aspek-aspek ini dan menerapkan strategi yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan peluang JLK dan JHN untuk diterima dan diindeks oleh Scopus, sehingga dapat memperluas jangkauan dan kontribusi publikasi ilmiah dari Puslitbang LKKMO di tingkat internasional. (Maudy Mishfanny/bas/sri)