Puslitbang LKKMO Siap Wujudkan Indonesia Melek Literasi!
Yogyakarta (Balitbang Diklat) – Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Moh. Isom, membuka acara Rapat Koordinasi Program Kegiatan Puslitbang LKKMO yang berlangsung di Yogyakarta. Acara tahunan ini menghadirkan sejumlah peneliti, penerjemah, serta berbagai pemangku kepentingan yang berperan dalam pengembangan literasi keagamaan.
“Kegiatan ini merupakan evaluasi tahunan untuk memperkuat kontribusi Puslitbang LKKMO dalam pengembangan literasi dan penilaian buku keagamaan di Indonesia,” ujar Kapus Isom di Yogyakarta, Selasa (5/11/2024).
Melalui Peraturan Menteri Agama (PMA) terbaru, lanjut Isom, Puslitbang LKKMO kini memiliki tanggung jawab lebih luas sebagai pusat penilaian untuk buku pendidikan agama, buku umum keagamaan, hingga buku hibah impor yang perlu diverifikasi.
“Dengan konsep baru ini, tugas kami diperluas agar dapat lebih mendalam dalam menilai dan memverifikasi literasi keagamaan yang masuk di Indonesia,” jelasnya.
Isom juga menegaskan pentingnya pengaturan biaya penilaian bagi buku-buku yang diterbitkan oleh pihak swasta. Jika sebelumnya penilaian ini didanai oleh APBN, ke depannya biaya ini akan dibebankan kepada penerbit swasta melalui skema Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Melalui regulasi ini, pemerintah dapat lebih efisien dalam mengelola literasi keagamaan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Isom menyoroti upaya konservasi bahasa daerah melalui terjemahan Al-Qur’an. Menurutnya, Kementerian Agama mengajak seluruh perwakilan agama di Indonesia untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa daerah dengan cara menerjemahkan kitab suci.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kemurnian konsep teologis, seperti penggunaan istilah “Allah,” agar tidak bercampur dengan konsep ketuhanan lokal. “Inisiatif ini akan melestarikan bahasa daerah sekaligus mengangkat kekayaan budaya nusantara,” ungkapnya.
Tak hanya terfokus pada penerjemahan, Puslitbang LKKMO juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas jurnal keagamaan, seperti Jurnal Heritage, agar mampu sejajar dengan jurnal internasional tanpa perlu subsidi.
“Langkah ini bagian dari upaya untuk memperkenalkan pemikiran dan budaya keagamaan nusantara ke kancah global. Harapannya, jurnal-jurnal ini bisa menjadi platform untuk mengenalkan khazanah kebudayaan Indonesia,” urainya.
Sebagai penutup, Isom mengajak seluruh peserta agar menjalankan tugas dengan niat yang tulus demi kemajuan literasi dan pemikiran Islam di Indonesia. “Jika niat kita lurus, maka segala usaha kita akan membawa manfaat, baik di dunia maupun di akhirat,” pungkasnya.
(Natasya Lawrencia)