Puslitbang Penda Bangun Kerjasama dengan IIUM (Malaysia)
Jakarta (12 Desember 2019). Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan International Islamic University of Malaysia (IIUM) di Jakarta, Kamis (12/12).
Kegiatan ini mengawali kerjasama litbang di bidang pendidikan agama dan keagamaan sebagai respon penguatan pendidikan menghadapi era masyarakat industri 5.0.
Penandatangan dilaksanakan oleh Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Prof. Amsal Bakhtiar mewakili Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI. Sedangkan dari IIUM diwakili oleh Prof. Abdul Wahab Abdul Rahman selaku Dekan Fakultas Informasi dan Teknologi Komunikasi. Penandatanganan Letter of Intent dilakukan ketika rombongan IIUM berkunjung ke kantor Puslitbang Penda.
Kepala Bidang Litbang Pendidikan Keagamaan, Husen Hasan Basri menyatakan bahwa kehadiran rombongan dari Malaysia ini merupakan tindak lanjut undangan Puslitbang Penda.
“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari International Conference on Religion and Education 2019 yang dihelat Oktober lalu. Ketika itu kami mengundang mengundang Dekan ICT IIUM ke Indonesia, namun Prof. Abdul Wahab berhalangan hadir,” ujar Husen.
Sementara itu dalam sambutannya, Kepala Puslitbang Penda Amsal Bakhtiar menyatakan ucapan terima kasih atas kunjungan rombongan dari IIUM.
“Selamat datang di Jakarta. Kami berharap kunjungan kali ini dapat mengawali rintisan kerjasama antara Kementerian Agama Indonesia dengan IIUM di bidang penelitian dan pengembangan,” ujar Kapuslitbang Penda.
Sedikit mengungkap sejarah, Amsal Bakhtiar menyatakan bahwa IIUM ini berdiri tahun 1983 atas sponsor Organisasi Konferensi Islam (OKI). Saat itu OKI mendirikan universitas Islam di tiga negara, yaitu Nigeria, Pakistan, dan Malaysia. Universitas di Malaysia ini dapat berkembang pesat berkat dukungan Perdana Menteri yang berkuasa saat itu, Mahathir Mohamad.
Sementara itu, Prof. Abdul Wahab menyatakan pihaknya berterima kasih sudah diundang pada waktu penyelenggaraan INCRE 2019. Namun minta maaf karena saat itu ada musibah kecil sehingga belum bisa hadir ke Indonesia.
“Saat ini kami hadir menyambut uluran kerjasama untuk penelitian dan pengembangan. Sebagai awal, kami sepakat untuk menandatangani Letter of Intent (LoI) yang nantinya dapat ditindaklanjuti dalam langkah-langkah kegiatan kerjasama yang lebih operasional,” ucapnya.
Salah seorang anggota rombongan, Dr. Norbit menceritakan bahwa saat ini IIUM sedang mengembangkan teknologi yang bisa digunakan terkait pendidikan.
“Saat ini kami sedang bekerjasama dengan Jepang, mengembangkan sistem teknologi berbasis Block Chain, yaitu pengembangan sistem keamanan jaringan internet tingkat tinggi yang sulit ditembus oleh hackeri,” ungkap Norbit.
Ia pun mengatakan bahwa saat ini jaringan internet masih standar umum, sehingga memungkinkan diterobos oleh pihak-pihak yang ingin mencuri informasi atau data.
“Dengan teknologi block chain ini keamanan sistem yang kami gunakan dijaga kerahasiaan. Hal ini diperlukan untuk pengamanan big data yang berdampak pada meningkatnya sistem safety dan kepercayaan pasar terhadap sistem yang kami miliki,” lanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Amsal kembali menyebutkan bahwa INCRE Tahun 2019 lalu merekomendasikan bahwa dalam pengembangan pendidikan agama dan keagamaan di negara-negara ASEAN ke depan perlu lebih memanfaatkan secara optimal tehnologi digital.
“Melalui tehnologi digital diharapkan lembaga pendidikan umat bisa menjadi lebih mandiri dan berdaya saing. Selain itu, teknologi digital di era revolusi industry 4.0 dan masyarakat 5.0 merupakan tantangan yang harus dihadapi. Teknologi digital sebagai sarana atau alat dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dan memverifikasi ajaran agama secara massif dan cepat,” paparnya.
Secara spesifik, Muhamad Murtadlo, selaku koordinator INCRE menceriterakan bahwa Balitbang Diklat sejak 2015 telah memiliki forum pertemuan tokoh ulama perwakilan negara-negara ASEAN. Masing-masing negara telah ada key person-nya, hanya saja untuk perwakilan Malaysia sejauh ini perwakilan yang datang berganti-ganti.
Karena itu Murtadlo berharap dengan kehadiran IIUM ini pihak IIUM bisa menjadi kolaborator yang permanen untuk kerjasama penelitian dan pengembangan, apalagi mengingat bahwa IIUM adalah perguruan tinggi Islam negeri yang menjadi ujung tombak pengembangan pendidikan Islam di Malaysia.
“Selain itu, kami pun berharap pihak IIUM nantinya juga bisa bersedia menjadi venue tahun ketiga untuk pelaksanaan INCRE setelah Universitas Islam Sultan Sharif Ali Bruney Darussalam bersedia menjadi penyelenggara kedua tahun depan,” tutupnya.
Kegiatan penandatangan ini diakhiri dengan pemberian survenir oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan dan foto bersama. []
Foto/Teks: Murtadlo
Editor: diad