Puslitbang Penda Kembangkan Instrumen Baru untuk Evaluasi Karakter Siswa
Jakarta (Balitbang Diklat)---Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Balitbang Diklat Kementerian Agama tengah giat menyusun instrumen Indeks Karakter Siswa. Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, Suyitno, menegaskan bahwa kegiatan reviu calon instrumen ini merupakan bagian penting dari ekosistem survei, karena itu akan menjadi barometernya instrumen.
Dalam upaya ini, Suyitno menyoroti beberapa hal yang harus dilakukan stressing, bukan saja dengan penambahan instrumen tetapi lebih dari itu melihat ulang instrumen yang digunakan selama ini. “Misalnya, bahasa kemandirian, di satu sisi menggambarkan sebuah value, tetapi di sisi lain apakah value itu cukup untuk mengukur sebuah skill anak-anak madrasah,” ujarnya di Jakarta, Senin (12/2/2024).
Suyitno juga menegaskan pentingnya memastikan evaluasi karakter siswa. Tidak hanya terhenti pada value saja, tetapi juga tidak bersifat abstrak karena tidak operasional. Pentingnya elaborasi instrumen kemandirian dan integritas siswa, untuk menghindari disparitas antara satu instrumen dengan instrumen lainnya.
Pertanyaan normatif tentang instrumen mungkin tidak ditemukan jawabannya oleh responden, tetapi melalui observasi, terlihat bahwa mereka menunjukkan tingkat integritas atau keterampilan tertentu. “Sehingga bukan semata-mata value-nya yang akan kita lihat, tetapi juga dampak dari value-nya,” tegas Suyitno.
Pentingnya mendalami instrumen evaluasi dan melakukan observasi yang mendalam diakui sebagai langkah penting dalam memastikan evaluasi yang akurat. Dua pendekatan yang perlu diperhatikan adalah analisis instrumen evaluasi itu sendiri dan metode pengumpulan data, termasuk kebutuhan untuk lebih meningkatkan triangulasi, terutama dalam observasi dan pengamatan langsung.
Menurut Suyitno, dirinya lebih menyarankan untuk mengembangkan indikator yang sudah ada daripada menciptakan indikator baru, yang dapat menyebabkan penurunan akurasi dalam mengukur karakter siswa, dan nanti tidak mengukur karakter siswa yang selama ini sudah memiliki baseline.
Inilah pentingnya membaca ulang atau preview instrumen terutama mendalami lagi terkait dua indikator. “Pertimbangkan secara sungguh-sungguh untuk tidak selalu menggunakan bahasa-bahasa instrumen yang berbasis pada tekstual dan legal formal, tetapi lebih pada substansinya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kapuslitbang Penda Mohsen Alaydrus, menyatakan bahwa Indeks Karakter Siswa memiliki peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan bangsa, yang ini menjadi amanat Kementerian Agama sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) dan dievaluasi setiap tahun.
Pada tahun ini, lanjut Mohsen, pihaknya akan melakukan survei lagi, dan instrumen ini diharapkan menjadi alat ukur secara akademis, objek, sasaran maupun hasil yang akan kita capai, tidak lepas dari pendekatan metodologi penelitian.
“Tahun kemarin survei Indeks Karakter Siswa ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Untuk beberapa dimensi yang telah kita ukur itu ternyata hasil indeks yang kita peroleh sangat tinggi,” pungkasnya. (Barjah/bas/sri)