RESPON MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP TAYANGAN TV BERMUATAN AGAMA ; Studi Kasus di Desa Kiringan Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Jawa Timur
RESPON MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP TAYANGAN TV BERMUATAN AGAMA ;
Studi Kasus di Desa Kiringan Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Jawa Timur
Oleh: Haidlor Ali Ahmad
Badan Penelitian Agama dan Kemasyarakatan
1994/1995
Salah satu media komunikasi yang dipandang ikut ambil bagian bagi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat adalah televisi. TV sebagai salah satu media massa dipandang cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan yang tidak hanya kepada publik di kota-kota saja tetapi juga kepada khalayak di berbagai pelasok desa.
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang relatif memadai mengenai berbagai fungsi tayangan TV yang bermuatan serta pola respon masyarakat pemirsanya, baik pada level individual maupun sosial. Temuan-temuan yang dapat diangkat dari penelitian ini dijadikan sebagai bahan masukan serta evaluasi, khususnya bagi para pengelola TV baik pemerintah maupun swasta dalam ikut barperan serta bagi upaya penyampaian pesan-pesan pembangunan khususnya bidang agama melalui media TV.
Gambaran tetang Masyarakat desa yang memberikan respon terhadap tayangan TV yang bermuatan agama (yang menjadi sasaran penelitian ini) adalah masyarakat desa petani yang tinggal di desa yang tidak dilewati kendaraan umum (agak terisolir). Corak dan tingkat kesalihan penduduk sebagai penganut agama yang taat (Santri) sejak kecil. Yang bercorak seperti itu adalah, penduduk dusun Kiringan dan sebagian Kecil penduduk Baheng; Sebagai santri setelah ada usaha-usaha pembangunan agama (tangklukan) mereka adalah sebagian penduduk dusun Baheng dan sebagian kecil penduduk Genggong; sebagai penganut yang belum menjalankan syariah (dereng nglampahi), yaitu sebagian kecil penduduk Baheng dan sabagian besar penduduk Genggong. Adapun di bidang ekonomi masyarakat desa cukup dinamis, indikatornya adalah andalan ekonomi desa ini sekarang bukan sektor pertanian lagi melainkan pada sektor peternakan (ayam petelor), meski mayoritas mata pencaharian pokok penduduk masih tetap sebagai petani.
Mengenai pola nonton TV di kalangan masyarakat desa ini cenderung pada malam hari, dan "Golden Time" terjadi antara jam 18.00 sampai 21.00. Golden Time ini di samping karena pada waktu tersebut banyak ditayangkan acara-acara yang menarik juga tidak terlepas dari waktu berkumpul bagi seluruh anggota keluarga di rumah. Mengenai golden time ini ada perbedaan (kalau tidak boleh dikatakan bergeser) dengan hasil penelitian Sarlito (1979), yang mengatakan waktu yang paling disukai untuk nonton TV adalah setelah jam 21.00.
Adapun pandangan masyarakat terhadap dampak tayangan hiburan anak-anak terhadap kegiatan mengaji/belajar anak, secara umum baik laki-laki maupun perempuan dari semua jenjang usia berpandangan sama, tidak merasakan adanya gangguan.***