Sambut Era Baru Balitbang Diklat dengan Catur Program
Balikpapan (Balitbang Diklat)---Pada era baru Badan Litbang dan Diklat akan ada Catur Program atau Empat Program Utama. Program ini akan menjadikan Balitbang dan Diklat lebih adaptif dan inovatif.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban) Prof. Suyitno menyampaikan hal tersebut saat memberikan arahan pada Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Pelaporan Keuangan. Kegiatan mengusung tema “Dengan Pelaksanaan Anggaran yang Tertib, Kita Wujudkan Laporan Keuangan yang Akuntabel”, berlangsung di Balikpapan pada 7 s.d. 9 November 2022.
“Catur Program memiliki empat program utama. Pertama, transformasi digital, kelembagaan, dan sarpras (DKS). Menyatukan transformasi digital karena ini merupakan program prioritas Gus Menteri, maka kita harus menyamakan energi, yakni dengan merespon program tersebut,” ujar Kaban Suyitno di Balikpapan, Senin (7/11/2022).
Lebih lanjut, Kaban mengatakan semua layanan digital harus one get system. “Transformasi digital ini berkaitan dengan pola dan mekanisme diklat. Tidak semua diklat bisa diikuti dengan e-learning system, tapi ada pelatihan yang membutuhkan penguatan karakter seperti diklat bagi guru dan penguatan moderasi beragama,” katanya.
Berikutnya transformasi kelembagaan. Masa depan Balitbang Diklat akan berubah menjadi Badan Moderasi Beragama dan Sumber Daya Manusia. Terakhir transformasi sarana prasarana. “Perlu membuat sarana prasarana yang dapat memfasilitasi peserta diklat secara layak dan baik, seperti pembangunan pada BDK Aceh dan BDK Papua,” lanjutnya.
Program kedua adalah pemetaan dan penataan SDM. Hal ini penting karena berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia. Ke depan ASN Kemenag akan dipetakan berdasarkan manajemen talenta, sehingga akan menjadi bank SDM.
“Kelak ASN Kemenag akan dipetakan sesuai dengan talenta dan kualifikasi. Mana yang memiliki kemampuan teknis dan mana yang berkemampuan administratif. Tugas Balitbang Diklat menyiapkan kompetensi dan kualitas SDM Kemenag,” katanya.
Selanjutnya program ketiga, yakni penguatan baseline kebijakan bidang agama dan layanan keagamaan. “Unit kita akan men-supply Kemenag dengan kebijakan berbasis riset. Data indeksasi dapat digunakan untuk mendukung kebijakan pemangku kepentingan, khususnya di internal Kemenag,” ungkap pria kelahiran Tulungagung ini.
Terkait hal ini, lanjut Kaban, perlu mengubah Balai Diklat Keagamaan menjadi satker PNBP. “Jika berubah menjadi PNBP, akan ada pendapatan di luar RKA/KL sehingga kerja keras menghasilkan sesuatu yang lebih terlihat. Ini juga sejalan dengan kebijkaan pemerintah untuk menggunakan fasilitas BMN,” katanya.
“Saya yakin BDK sangat layak, bahkan beberapa ada yang sudah semi hotel. Artinya kita memiliki daya jual,” ungkapnya.
Program keempat, yaitu meningkatkan jaminan mutu dan zona integritas (JAMU ZOTAS). Semua BDK termasuk Pusdiklat harus tersertifikasi dari LAN. Selanjutnya zona integritas yang sudah dirintis oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) dan BDK Semarang.
“Peluang menuju WBBM dan WBK sangat besar karena kita tidak ada bansos dan belanja terbesar bukan belanja modal. Maka saya imbau semua unit harus mulai menggali potensi dan bergerak menuju zona integritas,” imbau Kaban Suyitno.
Filososi Catur
Kaban Suyitno memaparkan filosofi catur di balik Catur Program yang digaungkannya. Menurut Kaban, catur memiliki enam karakter/peran yakni raja, ratu, kuda, pion, gajah, dan benteng.
“Dalam permainan catur, ada raja yang berfungsi sebagai koordinator. Jangan sampai raja macak pion atau sebaliknya pion macak raja. Macak ini maksudnya berperan seolah-olah. Semua harus tahu peran, tugas, dan fungsinya,” ujar Kaban.
“Profesional itu adalah pekerjaan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya,” lanjutnya.
Berikutnya kuda sebagai lambang kekuatan atau sumber energi. “SDM itu adalah kuda. Setiap orang memiliki kekuatan, tinggal seberapa besar kita mampu memanfaatkan kekuatan itu,” ujarnya.
Begitupun peran benteng. Menurut Kaban Suyitno, kita membutuhkan benteng untuk membentengi kerajaan (Balitbang Diklat) kita. “Jangan ada satu pun celah untuk melubangi kerajaan, jika ada oknum yang bisa melubanginya, maka harus dibina,” tegasnya.
Setiap komponen dalam catur diibaratkan sebuah kendaraan. “Di Balitbang Diklat semua kendaraan memiliki peran yang sama penting. “Tidak boleh ada satu pun yang dianggap remeh,” ujarnya mengakhiri paparan.
Dalam laporannya, Koordinator Bagian Keuangan Nani Sutiati mengatakan kegiatan rapat evaluasi ini menjadi salah satu sarana untuk menjalin kebersamaan sikap dalam melaksanakan sisa anggaran hingga ujung tahun 2022. Selain itu, untuk menyiapkan penyusunan laporan keuangan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
“Berdasarkan perkembangan regulasi tata kelola keuangan negara dan hasil monitoring bidang keuangan yang telah dilakukan perlu respon bagi para pemangku jabatan pengelola keuangan. Penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi menuntut langkah strategis dalam pelaksanaannya,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, dilaksanakan penyerahan piagam penghargaan kepada satker Badan Litbang dan Diklat berdasarkan capaian realisasi belanja. Data capaian tersebut diperoleh dari aplikasi Omspan per tanggal 31 Oktober 2022. Berikut satker dengan capaian realisasi anggaran tertinggi.
Pertama, BDK Medan dengan realisasi sebesar 83,06%. Kedua, BDK Palembang dengan jumlah realisasi 82,92%. Terakhir, BDK Papua sebesar 81,55%.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Timur, para pejabat eselon II, para kepala balai litbang agama dan kepala balai diklat keagamaan, para koordinator, dan subkoordinator di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. []
Diad/AR