Strategi Nommensen

5 Agt 2024
Strategi Nommensen
Muchammad Toha, Balai Diklat Keagamaan Semarang

Jakarta (Balitbang Diklat)---Nama lengkapnya Ludwig Ingwer Nommensen lahir di Jerman tepatnya di Nordstrand pada 6 Februari 1834 dan meninggal di Sumatera pada 23 Mei 1918. Ia salah seorang penginjil paling berhasil menyampaikan kabar Kekristenan di wilayah Batak, bahkan mendapat gelar rasulnya orang Batak. Begitu dihormatinya tokoh ini sehingga untuk mengenang perjuangan dan keberhasilannya namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi di Sumatera Utara dan patungnya berdiri tegak sampai hari ini di Kota Tarutung.

 

Sebenarnya Nommensen bukan penginjil pertama yang hadir di Tanah Batak karena pada 1830 telah hadir tiga pekabaran Injil Baptis dari Inggris yaitu Nathan Ward, Evans dan Richard Burthon ke Bengkulu untuk menemui Gubernur Raffles. Atas saran Raffles para penginjil ini pergi ke wilayah utara dan akhirnya menyampaikan penginjilan di daerah Batak Silindung namun belum berhasil bahkan mereka bertiga diusir karena perbedaan penafsiran serta dianggap mengecilkan keberadaan kerajaan yang sangat dihormati oleh masyarakat pada waktu itu.

 

Kegagalan berikutnya harus diterima dua penginjil dari Amerika yaitu Henry Lyman dan Samuel Munson, yang dibunuh di  wilayah perbatasan Lobu Pining, Tarutung, Tapanuli Utara pada 28 Juni 1834. Bahkan ada yang mengisahkan para penginjil yang berusia muda ini tubuhnya dicincang dan dimakan beramai-ramai oleh masyarakat di keramaian pasar, dan dikisahkan pula kegagalan menabur berita tentang Injil ini karena kedua penginjil ini tidak paham dengan bahasa dan adat budaya Batak.

 

Ternyata kegagalan para penginjil dari Inggris maupun Amerika dalam melaksanakan penginjilan karena tidak  paham bahasa dan adat budaya Batak, dan ini menjadi pelajaran bagi Nommensen sehingga sebelum menyampaikan kabar injil ke wilayah pedalaman Tanah Batak, Nommensen terlebih dahulu mempelajari bahasa serta adat budaya Bapak, dan ternyata benar tugas penginjilan berhasil luar biasa sehingga Agama Kristen menjadi agama mayoritas bagi masyarakat Batak.

 

Memahami Budi Bahasa

 

Faktanya tidak jarang seseorang yang tadinya jauh dan tidak kenal sama sekali berubah sangat dekat dan bersahabat ketika memiliki kesamaan bahasa atau bahasanya dipahami. Dengan kesamaan bahasa akan menghilangkan sekat dan satir serta mengenyahkan sak wasangka maupun prasangka lainnya. Khalifah Ali ibn Abi Thalib pernah mengatakan, “bila engkau ingin menguasai suatu kaum maka kuasai bahasanya”, maka tidak heran bila para penganjur agama Islam di Nusantara pada awal penyemaian agama yang sekarang dipeluk secara mayoritas, yang pertama adalah memahami bahasa lokal serta menyampaikan tentang pokok ajaran agama dalam bahasa lokal yang dipahami masyarakat.

 

Kata sembahyang, misalnya, akan lebih mudah dipahami masyarakat Nusantara pada waktu itu jika dibandingkan kata salat, karena sembahyang bahasanya lebih lokal sehingga tidak melahirkan pertanyaan panjang dan jawaban bertele-tele. Bagi kalangan masyarakat Nusantara, sembah atau menyembah sudah umum dan telah cukup dipahami, sedangkan Hyang artinya Tuhan, sehingga tidak terlalu susah untuk menjelaskan apa maksud sembahyang. Maka, yang perlu dijelaskan secara fokus dan detail adalah siapa yang disembah, serta bagaimana tata caranya.

 

Begitu juga digunakannya kata puasa yang berasal dari bahasa Sanskerta. Upawasa artinya menahan diri dari makan dan minum, padahal dalam Islam sendiri telah ada kata shaum, ini semata-mata untuk memudahkan pemahaman ibadah itu bagi masyarakat Nusantara pada waktu dan kegiatan seperti itu sudah dikenal sejak lama namun belum dituntun dengan tata cara kaidah agama Islam. Demikian halnya dengan sebutan tokoh agama Islam pada waktu itu juga termasuk sangat lokal yaitu pandita, tentunya ini gelar atau panggilan yang tidak umum di kalangan umat Islam. Digunakannya pandita karena sebutan ini telah dikenal di kalangan masyarakat Jawa. Pada waktu dan sekarang akan menjadi masalah bila ada orang yang menyebut tokoh agama Islam dengan panggilan pandita, karena sekarang ini kata pandita yang berubah menjadi pendeta memiliki makna menyempit yaitu identik dengan pimpinan agama Kristen.

 

Dalam pembahasan bahasa ini termasuk di dalamnya kehalusan bertutur kata, maka sering kita dengar dengan  istilah budi bahasa, maka suatu keharusan para penganjur agama harus bertutur kata yang santun sehingga umat yang diajak untuk memeluk agama yang mereka bawa menjadi simpati, sebagaimana yang ditunjukkan para penyebar Islam di Tanah Jawa, kendatipun para Walisongo dikisahkan sebagian besar keturunan Arab (Timur Tengah) namun baik berbahasa dan berbudi pekerti lebih Jawa dari masyarakat Jawa.

 

Memahami Tradisi Budaya

 

Setiap masyarakat memiliki tradisi budaya dan inilah yang menjadi ciri untuk membedakan masyarakat yang satu dengan yang lain. Maka, suatu keniscayaan dapat memahami suatu masyarakat tanpa memahami tradisi budayanya. Sebaliknya, menistakan tradisi dan budaya suatu masyarakat pasti kita akan dianggap musuh oleh masyarakat tersebut. Apalagi bagi masyarakat Batak, kedudukan adat atau tradisi begitu penting. Orang Batak akan marah ketika dibilang tidak tahu agama, tapi tidak kalah marahnya ketika orang Batak dibilang tidak tahu adat.

 

Karena itu maka pilihan yang diambil Nommensen adalah mempertemukan antara adat tradisi budaya dengan agama, sehingga mayoritas masyarakat Batak mau memeluk agama Kristen karena tidak ada penistaan terhadap adat tradisi budaya yang telah mendarah daging dan menjadi kenyataan hidup yang telah mendarah daging semenjak masyarakat Batak ada dan dijaga oleh masyarakat yang begitu kuat melalui para raja atau tokoh masyarakat, sehingga tidak akan terjadi di gereja masyarakat Batak tanpa adanya adat tradisi budaya Batak.

 

Tidak saja adanya kain ulos yang sering digunakan masyarakat Batak ketika pergi melaksanakan ibadah di gereja tapi lebih jauh, hampir dalam bahasa maupun tata ibadah dilaksanakan dalam bahasa dan adat Batak, sehingga walaupun masyarakat Batak telah berubah agama dari agama lokal (animisne dinamisme) menjadi penganut Injil namun ketika masuk ke gereja tetap merasa Batak karena bahasa dan adat tetap menyelimuti mereka, sehingga gereja Batak memiliki kekhasan dibanding gereja yang lain yaitu bersatunya Kekristenan dengan adat tradisi budaya asli Batak.

 

Kiranya ini juga terjadi di kalangan masyarakat Jawa. Dalam sejarahnya pengislaman masyarakat pilihan para penganjur Islam pada waktu itu adalah metode ramah budaya, sehingga tidak terjadi penolakan terhadap kehadiran agama baru karena tidak mengonfrontasi adat budaya lokal masyarakat Jawa. Konkritnya nilai-nilai dan ajaran agama disampaikan dengan cara dan tradisi Jawa, maka tembang, suluk, kidung dan macapat yang sudah familier digunakan untuk menyampaikan ajaran agama pada masyarakat Jawa. Begitu juga gamelan dengan aneka gendingnya, serta wayang kulit menjadi jalan mulus untuk mengislamkan Tanah Jawa.

 

Bahkan upacara dalam lingkaran hidup di mayarakat Jawa hampir sebagian besar telah diislamkan, seperti upacara kelahiran, pernikahan sampai kematian. Kalender penanggalan tahun saka berpedoman pada matahari yang telah berlaku sangat lama di kalangan masyarakat Jawa harus disesuaikan dengan penanggalan hijriyah yang berpedoman pada bulan, hitungan hari yang berlaku dalam Islam berjumlah tujuh hari digabungkan dengan lima pasaran yang berlaku di Jawa sebelum Islam masuk di Jawa, sehingga yang terjadi adalah senin paing yang bila diurai senin adalah hari senin yang berasal dari bahasa Arab isnain (hari kedua) sedangkan paing adalah pasaran yang jumlahnya lima (paing, pon, wage, kliwon, legi).    

 

Memahami Eksistensi Kuasa

 

Mencatat kegagalan Nathan Ward, Evans dan Richard Burthon yang telah hadir di Tanah Batak pada 1830 yang diusir karena dianggap mengecilkan keberadaan kerajaan yang sangat dihormati masyarakat Batak pada waktu itu. Maka Nommensen membangun kedekatan dengan Raja Pontas Lumbantobing yang pada akhirnya mendukung dan mengijinkan penyemaian Injil sehingga berkembang sangat pesat di masyarakat Batak.

 

Teori dalam Bahasa Latin yang cukup dikenal para pengkaji sosial, cuius regio, eius religio (siapa memerintah, agamanya dianut) atau penerjemahan yang lebih mudah dipahami, agama penguasa adalah agama rakyatnya, maka cukup beralasan bila para penyampai agama untuk bisa berkomukasi dengan para penguasa pada waktu itu, apalagi masyarakat Nusantara di era tradisional itu masih paternalistik yaitu masyarakat yang masih sangat patuh terhadap pemimpinnya, sehingga keikutsertaan seorang tokoh yang kharismatik pada agama atau keyakinan tertentu akan diikuti masyarakat yang dipimpinnya.

 

Sejarah juga mencatat bagaimana para penyebar Islam di Jawa yang juga melakukan komunikasi yang baik dengan para penguasa pada waktu itu, bahkan lebih dari itu juga melakukan hubungan pernikahan antara para penyebar agama dengan putri para penguasa pada waktu itu, dan dari hasil pernikahan itulah melahirkan putra-putri yang akhirnya menjadi para penguasa sehingga lebih mudah agama Islam berkembang di Pulau Jawa, sehingga hampir sebagian besar tokoh penyebar Islam memiliki hubungan kekerabatan.

 

Kalaupun seorang penguasa tidak mengikuti agama baru yang hadir karena tidak mungkin meninggalkan agama yang telah diwariskan leluhurnya dan telah diyakini selama ratusan tahun, maka kehadiran agama baru tidak dihalang-halangi untuk disemaikan dan dianut oleh masyarakat yang dipimpinnya, karena yang sering terjadi adalah penguasa yang telah mapan dengan kekuasannya menganggap kehadiran agama atau keyakinan baru khawatir akan merusak kepercayaan yang pada akhirnya merusak tatanan kehidupan di masyarakat dan lebih buruk lagi melengserkan kedudukannya sebagai penguasa.        

 

Akhirnya, dalam menyampaikan ajaran agama apa saja yang hendaknya tidak boleh dilupakan adalah memberikan perhatian terhadap bahasa, budaya, dan keberadaan penguasa karena terbukti agama yang abai dan tidak ramah dengan keberadaan itu semua maka tidak akan berhasil disemaikan. (Muchammad Toha, Balai Diklat Keagamaan Semarang)

Penulis: Muchammad Toha
Sumber: Muchammad Toha
Editor: Abas dan Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI