Surga Koleksi Khazanah Keagamaan Islam di Tengah Kota
Balitbang Diklat (Maret 2020). Menyusuri belantara hutan beton di Jakarta, tentu terbayang pada kita sekawanan bahkan deretan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Mungkin ia berdiri dengan megahnya dan sombongnya, seakan menantang setiap pendatang yang mencoba peruntungannya. Mungkin juga sekedar santapan mata untuk mereka yang sehari-harinya memang bergelut di sini. Apapun itu, rasanya pasti ada yang menarik dan unik dari sana. Yuk, check it out.
Tepatnya di sudut Jalan M.H. Thamrin No. 6 juga beririsan dengan Jalan Kebon Sirih, gedung ini berdiri megah. Tepatnya setelah diresmikan oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni tahun 2010, Gedung Kementerian Agama ini aktif beroperasi.
Beragam unit atau satuan kerja ada di sini. Mulai dari Biro Umum Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Bimas Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu, Pusat Kerukunan Umat Beragama, Badan Litbang dan Diklat, hingga masjid, klinik, pusat kebugaran, kantin dan auditorium.
Berbeda dengan lokasinya yang di Lapangan Banteng. Ini juga kantor pusat. Di sana selain ada kantor menteri juga ada Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Penyelenggara Haji dan Umroh, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal. Sementara itu Inspektoral Jenderal ada di daerah Fatmawati.
Kembali ke Jalan Thamrin, gedung 20 lantai ini, tetap ingin memberikan kesan hangat dan familiar kepada siapa saja yang memandangnya. Bahkan gedung ini bagaikan rumah umat, rumah dari beragam umat beragama. Ini direpresentasikan dengan adanya satu ruang khusus, tepatnya di lantai 2 gedung ini. Siapa saja boleh masuk ke sini tanpa memandang agama, suku, bangsa, dan golongan. Tak mengenal apakah karyawan atau bukan, juga tak mengenal apakah peneliti atau mahasiswa. Tak mengenal tua atau muda. Tak mengenal pejabat atau bukan. Semua unsur bisa ada di sini. Apakah itu.
Ya, sebuah ruangan yang siapa saja bisa berkunjung dengan alasan paling kompleks sampai sederhana sekalipun. Mau tidur, ngadem sampai kebutuhan yang kompleks seperti referensi dan penelitan. Ya, benar, apalagi kalau bukan Perpustakaan.
Menempati areal yang sangat strategis di lantai 2, perpustakaan ini memiliki luas sekitar 500 m2. Dengan demikian diharapkan semua pegawai akan sangat mudah mengunjungi dan begitu pun dengan masyarakat luas. Maka dibukalah layanan umum kepada masyarakat dengan memberikan akses terbuka berupa koleksi-koleksi keagamaan yang dimiliki.
Tepatnya bernama Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Namun demikian perpustakaan ini adalah perpustakaan yang mewakili Kementerian Agama. Seluruh koleksi yang terkait dengan khazanah keagamaan, pemikiran, produk-produk hukum dan local content lainnya tersedia di sini. Ruangan perpustakaan di lantai dua ini walau tidak mewah dan tidak terlalu luas tapi cukup nyaman. Lokasinya sangat terjangkau dan strategis. Moda transportasi apapun yang digunakan oleh pemustaka, cukup banyak dan bervariatif, dan akan menghantarkan pemustaka ke lokasi ini dengan tepat.
Di dalam ruangan perpustakaan sendiri, selain ada wifi yang bisa diakses para pemustaka baik internal maupun eksternal, sang pustakawan juga sangat memberikan layanan prima kepada pemustakanya dengan melakukan bimbingan referensi kepada mereka yang sedang melakukan penelitian. Pemustaka dan Pustakawan bisa duduk bareng, bersama menelusur atau melakukan pencarian informasi. Bersama-sama mencari koleksi pada jajaran rak atau menggunakan sumber-sumber online yang ada.
Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, buka setiap hari kerja, pada jam kerja. Bahkan demi menjaga pelayanan kepada pemustaka, terkadang jam istitahat pun tetap buka. Dengan adanya katalog online yang bisa dibuka pemustaka dimanapun dan kapanpun serta aplikasi perpustakaan berbasis android, memungkinkan perpustakaan memberikan akses seluas-luasnya kepada karya intelektual yang dihasilkan Balitbangdiklat dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas.
Tapi, itu adalah cerita yang baru saja berakhir. Keharmonisan itu sementara terganggu bahkan sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Apa pasal? Ya Covid-19 baru saja memaksa Perpustakaan Balitbangdiklat untuk menutup layanannya secara fisik. Demi menjaga agar tidak semakin meluasnya Covid-19 maka pegawai Kementerian Agama diminta untuk berdiam diri di rumah alias menjaga jarak atau social distancing. Pekerjaan kantor dilakuakn secara wfh atau work from home. Nah itu pun berlaku bagi pustakawan Balitbangdiklat.
Lantas apa yang bisa dilakukan pustakawan karena adanya kasus ini. Pustakawan tidak mati gaya. Work From Home bisa dilakukan dengan tetap memberikan layanan kepada pemustaka secara daring. Apalagi dengan adanya teknologi 4.0 sekarang ini, maka saatnya pustakawan bisa mengimplementasikan teknologi tersebut dalam rangka melayani pemustaka. Pustakawan harus kreatif memberikan informasi dalam berbagai bentuk yang menarik seperti infografis misalnya untuk tetap keep in touch dengan pemustaka.
Ini adalah salah satu informasi yang dibuat perpustakaan agar pemustaka tetap dapat mengetahui dan menikmati koleksi dan layanan perpustakaan Balitbangdiklat. Perpustakaan sudah mengarah pada aktivitas untuk menyediakan full-text dalam aplikasi perpustakaan khususnya koleksi kelitbangan. Proses ini masih berlangsung dan semoga berjalan lancar.
Apa saja yang bisa diakses pemustaka? Pertama, katalog online perpustakaan yang bisa diakses di eperpus.kemenag.go.id. Di sini pemustaka dapat melakukan penelusuran judul-judul koleksi apa saja yang dimiliki perpustakaan. Pemustaka juga bisa mendapatkan fulltext yang diperlukan dengan terlebih dahulu menghubungi admin perpus dan mendapat persetujuan. Katalog online ini dapat diakses dengan menggunakan personal computer pemustaka, darimana saja dan kapan saja.
Kedua adalah aplikasi perpustakaan berbasis android dengan nama Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang di-instal melalui google playstore. Bagi pemustaka kaum milenial, ini adalah layanan yang memudahkan mereka mengakses koleksi perpustakaan hanya dari genggaman tangan mereka. Aplikasi ini sesungguhnya dirancang lebih fokus mengenalkan koleksi terbitan internal atau local content produk-produk dan khazanah kelitbangan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Yang ketiga adalah website perpustakaan yang dapat diakses di perpustakaan.kemenag.go.id. Pengelolaan website ini memang belum optimal. Informasinya belum semuanya update. Namun demikian beberapa menu yang penting disediakan di sini diantaranya katalog online.
Juga terdapat layanan pengadaan koleksi perpustakaan berbasis masukan dari pemustaka. Ada form yang tertera di sana dan dapat diisi oleh pemustaka sebagai masukan untuk pengadaan bahan perpustakaan. Sebagai bahan masukan atas layanan perpustakaan terdapat juga pooling yang dapat diisi pemustaka mengenai kepuasan layanan perpustakaan.
Selanjutnya terdapat layanan Kliping Digital Perpustakaan yang dapat dilihat melalui link https://linktr.ee/perpuskemenagri dan disebar melalui WAG yang berada di dalam maupun di luar lingkungan Badan Litbang dan Diklat.
Sebagai pengganti dari layanan tatap muka, bimbingan penulisan referensi dengan Mendeley dan penelusuran informasi dilakukan secara daring. Teknisnya mereka diminta untuk menghubungi admin dan menyampaikan kebutuhan informasi yang diperlukan, kemudian admin akan segera mem-follow permintaan dari pemustaka tersebut. Selain itu perpustakaan juga mengundang pemustaka ke dalam WAG (Whatsapp Group) Pemustaka yang berisikan informasi seputar layanan perpustakaan. Melalui grup ini diharapkan perpustakaan tetap dekat dengan pemustaka dan mereka dapat memberikan masukan, ide, usulan untuk pengembangan layanan perpustakaan yang lebih baik.
Inilah beberapa kegiatan layanan perpustakaan yang ke depannya akan terus dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Semoga Perpustakaan Badan Litbang dan Diklat menjadi pioner dalam memperkuat literasi bangsa, meningkatkan budaya baca dan tulis di Kementerian Agama yang secara tidak langsung turut mencerdaskan kehidupan bangsa.[]
HAR/diad