Syaikh Shadaruddin al-Quniawi, Sahabat Dekat Rumi
Syaikh Shadaruddin al-Quniawi (w. 1274) adalah aulia Allah lainnya yang terletak di jantung kota Konya. Beliau adalah kawan dekat Maulana Rumi sekaligus anak tiri dan murid terdekat Ibnu Arabi. Ahad (15/12) tim peneliti mendapat kesempatan berkunjung dan mendata informasi ke masjid tua Syaikh Shadaruddin Muhammad b. Majduddin Ishaq al-Quniawi, atau yang dikenal dengan Shadaruddin al-Qunyawi, seorang tokoh intelektual besar dunia Islam masa Kesultanan Seljuk di abad ke-13 M yang wafat tahun 1274 M, sekaligus berziarah ke makamnya, yang letaknya di samping masjid tua ini.
Masjid dan makam Syaikh al-Quniawi terletak di distrik Seyh Sadrettin Mahallesi, jalan Turgutoglu, Meram, Konya, Turki. Tempat ini tak jauh dari jantung kota Konya, berjarak sekitar 1.45 KM. Bentuk arsitektur masjid dan makam al-Quniawi merupakan campuran arsitektur masa Saljuk dan Ottoman. Makam al-Qunawi terletak di bagian kiri masjid, di bawah kubah berbentuk kerucut khas Saljuk, berdinding marmer putih. Di tepi nisan terdapat pohon bunga mawar yang tinggi dan merambat di atasnya.
Syaikh Shadaruddin al-Quniawi terhitung sebagai tokoh besar dalam dunia keilmuan Islam, khususnya dalam bidang ilmu tafsir al-Qur'an dan ilmu tasawuf. al-Qunawi juga terhitung sebagai kawan dekat sufi besar legendaris asal Persia Maulana Jalaluddin Rumi (w. 1272) sekaligus anak tiri dan murid terdekat sufi agung asal Andalus Syaikhul Akbar Muhyiddin Ibn Arabi (w. 1240). Reputasi intelektual dan kesalihan al-Qunawi dikukuhkan sendiri baik oleh Rumi sebagai sahabat dekatnya atau pun oleh Ibn Arabi yang merupakan guru dan ayah tiri al-Qunawi. Rumi mengatakan bahwa jika ia wafat, ia mengharuskan yang mengimami shalat jenazahnya adalah al-Qunawi. Pun Ibn Arabi, dalam krdensi intelektual (ijazah) yang ia tulis untuk al-Qunawi, ia menyebut al-Qunawi dengan "al-walad al-shalih al-mukhlish" (anakku yang salih dan tulus).
Melalui murid terdekat sekaligus anak tirinya itu jugalah, ajaran tasawuf dan filsafat Ibn Arabi dapat tersebar di wilayah Kesultanan Saljuk. Jejak kedekatan antara Ibn Arabi dan al-Qunawi dapat dilacak dalam manuskrip kitab "al-Futuhat al-Makkiyyah" yang disalin oleh al-Quniawi yang kini tersimpan di Perpustakaan Yusuf Agha di kota Konya. Pada manuskrip tersebut terdapat ijazah yang diberikan oleh Ibn Arabi kepada al-Quniawi sekaligus mandat untuk mengajarkan karya-karya Ibn Arabi.
Dalam kisah persahabatan antara al-Quniawi dan Rumi, terdapat banyak pelajaran berharga yang penting untuk kita teladani. KH. Husain Muhammad mengisahkan, bahwa Suatu hari Syaikh Shadaruddin al-Quniawi memberikan pengajian di hadapan para ulama besar di rumahnya. Tiba-tiba Maulana Rumi datang. Ingin ikut mengaji kepadanya, meski ia adalah syekh sufi besar. Al-Qunawi lalu berdiri menyambut keberadaan Rumi. Para ulama lain pun mengikutinya. Rumi kemudian duduk di pojok paling belakang. Ia tidak mau melangkahi dan mengambil tempat kosong di tengah-tengah para ulama itu. al-Quniawi kemudian menggelarkan sajadah untuk Rumi dan meminta dengan sungguh-sungguh agar Rumi berkenan duduk di atas sajadah itu. Tapi Rumi menjawab, “Tidak. Aku tidak patut duduk di atas sajadah itu. Bagaimana aku harus menjawab peristiwa ini di hadapan Allah kelak?” “Jika begitu, duduklah di atasnya bersamaku, engkau di separuh sajadah ini dan aku separuh yang lain,” jawab al-Quniawi. Rumi tetap menolak. al-Quniawi merespon dengan penuh tawadhu, “Jika sajadah ini tidak patut diduduki oleh engkau, maka ia juga tidak patut aku duduki.” Al-Quniawi lalu melipat sajadah itu. Ibrah ini patut kita jadikan contoh dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa saling memahami antara sesama adalah dangat diperlukan, sehingga kerukunan dan kedamaian pun terbangun dengan sendirinya.[]
Teks/Foto: Fakhriati
Editor: diad