Talkshow Penguatan Kompetensi Digital Bahas Transformasi ASN di Era Digital
Jakarta (Balitbang Diklat)---Dev Stage Cendrawasih JCC Jakarta menjadi saksi perhelatan talkshow Penguatan Kompetensi Digital yang diadakan pada Jumat, 5 Januari 2024. Acara ini dihadiri sejumlah narasumber terkemuka untuk membahas transformasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di era digital.
Narasumber pertama, Staf Ahli Menteri Agama RI Bidang Riset, Hasanuddin Ali, membuka diskusi dengan merinci tantangan terbesar dalam transformasi digital ASN. Ali menyoroti perubahan mindset, khususnya bagi generasi X yang berasal dari dunia analog, untuk bisa beradaptasi dengan teknologi digital.
“Seringkali gen X ini tergagap-gagap dalam melakukan aktivitas di dunia digital. Ini, menurut saya, tantangan yang paling berat dan harus kita tangani,” ujar Hasanuddin Ali di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Menurutnya, digital itu penting bagi kita semua. Sebagian besar masyarakat Indonesia hari ini didominasi oleh generasi milenial dan gen Z. Tahun 2010 jumlah di dua generasi ini, milenial dan gen Z, menurut data sensus BPS tahun 2020 berjumlah 53%. Disebut juga sebagai bonus demografi.
“Ketika kita bicara anak muda, maka di saat bersamaan kita harus bicara soal digitalisasi. Ketika kita bicara soal digitalisasi, maka di saat bersamaan kita juga harus bicara anak muda. Ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” terangnya.
Hasanuddin menyebut bahwa media digital kita sudah masuk ke dalam ruang-ruang privat kita. Komunikasi-komunikasi kita di lingkungan terdekat kita, di lingkungan kerja kita, sudah mulai beralih dari komunikasi verbal ke komunikasi teks melalui WhatsApp dan media lainnya.
Masih, kata Hasanuddin, data ASN Kemenag muda kita cukup besar, yang usianya di bawah 39 tahun jumlahnya 13,5%. Jumlah ini, menurutnya, sebagai modal kuat untuk melakukan akselerasi terhadap program Kemenag dan salah satu caranya adalah melalui digitalisasi. Maka, muncullah aplikasi Pusaka SuperApps, pelatihan berbasis digital MOOC, dan lainnya.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan Mastuki. Ia menyampaikan bahwa ASN Kemenag telah bergerak dalam penguatan layanan pelatihan melalui digital. Ia menyoroti perbedaan antar generasi dalam memanfaatkan layanan digital, dengan 72% dari ASN generasi X memanfaatkan MOOC.
Mastuki juga menekankan pentingnya Digital Learning Center (DLC) yang memungkinkan diakses oleh berbagai generasi. Pergerakan ASN Kemenag dalam pelaksanaan penguatan layanan pelatihan melalui digital itu usia ASN menentukan. Yang memanfaatkan MOOC pintar itu usia generasi X, generasi Z, dan sisanya generasi baby boomer. “Ada gap yang cukup besar, tetapi ASN di Kemenag sangat antusias untuk memanfaatkan layanan-layanan digital itu,” ucapnya.
Dalam konteks inilah, kata Mastuki, DLC yang memacu kami untuk bisa melayani semua ASN dengan pendekatan-pendekatan yang berbeda. Yang dilakukan pihaknya semuanya bisa diakses, tidak hanya ASN. Terdapat 8% dari jumlah penerimaan manfaat di luar itu adalah masyarakat, seperti pengelola masjid, lembaga keagamaan, dan ormas keagamaan.
Sementara itu, Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN (P3K Bangkom) LAN, Erna Irawati, turut berbicara tentang kebijakan dan klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang cepat berubah. Irawati juga membahas peran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2023 yang menetapkan digitalisasi sebagai roh sektor publik.
Menurut Erna, ada tiga hal yang akan menjadi pemantik yang perlu diskusikan lebih jauh. Pertama, mengenai kebijakan yang mengatur tentang kompetensi digital bagi ASN. Kedua, klasifikasi kompetensi digital yang sangat dibutuhkan di era yang sangat sangat cepat perubahannya saat ini. Ketiga, yang sudah dilakukan Lembaga Administrasi Negara (LAN) untuk melakukan penguatan kompetensi digital.
“Momentum digitalisasi itu menemukan puncaknya ketika kita memasuki pandemi tahun 2020. Kalau di sektor publik sudah banyak, tetapi kelihatannya jalan digitalisasi itu lambat. Ternyata, perubahannya lebih cepat dari yang kita lakukan ketika 2000-2020,” katanya.
Kompetensi digital, kata Erna, tidak hanya problem teknis Learning Management System (LMS) solusinya, tapi salah satu kompetensi digital yang menjadi tantangan bagi kita adalah dari sisi soft skill. Sering sekali masih menjadi kendala tersendiri bagi kita, kita berbicara mengenai sehari-hari kita mindset-nya adalah digital.
“Berbicara penguatan kompetensi digital, dari sisi pelatihan untuk menjembatani lingkungan organisasi yang mendorong adopsi digitalisasi di tempat kerja. Mengenalkan digital mindset untuk membawa organisasi kepada digitalisasi dan kesadaran semua pegawai,” tambahnya.
Talkshow dipandu oleh news anchor kenamaan, Amelia Yachya, dan ditutup dengan pemberian cenderamata kepada ketiga narasumber oleh sekretaris Balitbang Diklat Arskal Salim dan foto bersama untuk mengabadikan momen istimewa tersebut. (Barjah/bas/sri)