Tantangan Besar Balitbang Diklat: Strategi Baru Untuk Pastikan Anggaran Mulus dan Lancar
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Amin Suyitno menekankan pentingnya evaluasi dan pembelajaran dalam mengelola serapan anggaran. Hal ini disampaikan pada kegiatan Evaluasi Serapan Anggaran 2024 dan Proyeksi Anggaran 2025 di Jakarta, Selasa (7/1/2024).
Menurut Suyitno, serapan anggaran dipengaruhi beberapa faktor, dengan belanja modal yang menjadi perhatian utama. "Kita belum sepenuhnya memahami belanja modal. Penyebab pokok serapan 2024 melambat adalah belanja modal," ungkapnya.
Kaban menyoroti perlunya mengenali jenis belanja untuk memastikan pengelolaan yang tepat. “Sebenernya kita lebih cepat jika menggunakan skema mayoritas belanja barang dan pegawai. Karena itu, menurut saya, mengenali jenis belanja sangat penting untuk melakukan treatment yang efektif,” tambahnya.
Untuk tahun 2025, Suyitno menjelaskan bahwa Kementerian Agama akan mengadopsi dua skema anggaran, yaitu belanja modal untuk Lampung dan usulan SBSN untuk Papua. “Salah satu kunci dari SBSN adalah proposal yang menggambarkan kebutuhan publik, bukan hanya kebutuhan internal," jelas Suyitno.
Kaban Suyitno optimis bahwa 2024 akan menjadi panduan untuk memperbaiki manajemen anggaran pada 2025 yang akan datang agar tidak ada keterlambatan lagi.
Pada kesempatan ini, Kaban juga menyinggung tentang delapan aspek Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) yang mencakup revisi DIPA, deviasi halaman DIPA, penyerapan anggaran, belanja kontraktual, belanja UP dan TUP, penyelesaian tagihan, dispensasi SPM, dan capaian output.
"Dari delapan aspek IKPA ini, Balitbang sering menghadapi tantangan yang sama, terutama terkait revisi. Seharusnya, setelah melalui proses try and error, revisi bisa diminimalisasi di 2025," ujar Kaban Suyitno.
Kaban Suyitno menggarisbawahi tantangan lain yang perlu diatasi, yaitu perubahan serapan anggaran dengan nomenklatur baru yang belum maksimal. Ia mendorong penerapan role model sebagai output agar indikator kinerja dapat dibedah secara mendalam untuk meningkatkan produktivitas.
Sebelumnya, Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Kementerian Agam RI Ahmad Zainul Hamdi melaporkan tentang bagaimana melakukan manajemen terkait biaya dari diskusi sebelumnya.
Sesban menyampaikan bahwa manajemen biaya yang baik memerlukan keseimbangan antara inovasi spontan yang muncul dan program-program yang telah direncanakan dengan pengelolaan waktu yang tepat, sehingga dapat dikendalikan secara triwulan sampai akhir tahun.
(Fernanda Ariestiara)