Tantangan Global di Dunia Pendidikan yang Penuh Dengan Ketidakpastian

20 Okt 2023
Tantangan Global di Dunia Pendidikan yang Penuh Dengan Ketidakpastian
Kaban Suyitno membuka kegiatan Orientasi Pelopor Moderasi Beragama di IAKN Manado, Kamis (19/10/2023).

Manado (Balitbang Diklat)---Memasuki era persaingan saat ini, dunia pendidikan terutama perguruan tinggi tidak hanya bisa menargetkan national competition. Hari ini kita sedang berhadapan dengan global competition. Tantangan yang ditandai dengan anomali atau disruption ini membuat kita harus lebih cepat merespon dan adaptif. 

“Anomali atau disruption itu sebuah istilah yang menggambarkan betapa tantangan global itu penuh dengan ketidakpastian,” ujar Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Prof. Suyitno saat membuka kegiatan Orientasi Pelopor Moderasi Beragama di IAKN Manado, Kamis (19/10/2023). 

Menurut Kaban, World Economic Forum yang beranggotakan lebih dari 100 negara, merilis apa saja lapangan pekerjaan yang diminati di tahun 2025 ke atas. 10 bidang menjadi top ten skills in 2025.  Bidang tersebut, di antaranya adalah critical thinking, collaburation, dan networking

“Sebuah talent, sebuah skills yang selama ini tidak pernah ada nomenklaturnya di perguruan tinggi maupun di sekolah. Pertanyaannya, apa kampus harus membuka prodi critical thinking, problem solving, collaburation, networking?,” ujar Kaban. 

Tentu tidak, kata Kaban, karena tidak mudah membuka prodi yang relatif baru seperti itu. Prodi yang sedang settle saja, yang established, itu tidak mudah kita buka, karena syarat membuka prodi tentu ada ketentuan minimal memiliki dosen dengan bidang yang linear.

“Lalu, bagaimana cara kita menyikapi itu? Tentu kita tidak boleh tinggal diam, dan tidak boleh apatis. Apalagi tidak responsif dengan tantangan global yang seperti itu,” terang Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Caranya, kata Kaban, kita bisa bersikap responsif dengan memberikan kompetensi tambahan kepada mahasiswa kita atau melalui insersi kurikulum, hidden kurikulum.  Langkah kompetensi tambahan ini sebagai fungsinya dari career center. Ini menjadi pusat karir bagi alumni IAKN Manado dan semua PTKIN. 

“Jadi, jangan kesan publik seolah-olah kampus PTKIN image building-nya hanya mengurusi rumah ibadah saja. Informasikan sebesar-besarnya, seluas-luasnya, bahwa IAKN bukan semata-mata kampus yang hanya ngurusi bidang agama saja,” ucapnya.

Hal ini, lanjut Kaban, supaya image yang selama ini kesannya kita hanya bicara agama menjadi terbantahkan. Bahwa kita sudah menyatukan pendekatan religiusitas dengan pendekatan-pendekatan yang sifatnya empiris dan social networking. Ini penting dipublikasi dan diglorifikasi supaya ke depannya kampus ini semakin diminati. 

“Tantangan yang tidak mungkin kita menutup mata, dan IAKN Manado ini sudah harus punya milestone, karena sebuah kampus pada akhirnya harus mendapatkan rekognisi dunia,” pungkas Kaban. (Barjah/bas/sri)

   

 

Penulis: barjah
Editor: Abas/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI