TASAWUF DI JAKARTA : MODEL BERAGAMA MASYARAKAT PERKOTAAN
TASAWUF DI JAKARTA : MODEL BERAGAMA MASYARAKAT PERKOTAAN
Oleh: Muhammad Adlin Sila
62 halaman
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama
Departemen Agama RI
Tahun 2000
Popularitas tasawuf, menurut beberapa pakar, mewakili tahapan lain dalam kehidupan umat Islam di Indonesia. Tahapan pertama ditandai dengan adanya perubahan sistem politik rejim pemerintah yang ingin berbalik merangkul umat Islam. Banyak kebijakan pemerintah yang telah menguntungkan umat Islam Indonesia, terutama pada sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan rejim Orde baru. Dan hal ini, bagi para pakar seperti Hefner (1993) dan Liddle (1996), telah memberi kebebasan bagi umat Islam, saat itu (dan masih terasa sampai sekarang), untuk menampilkan atribut-atribut keagamaannya secara lebih leluasa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas beberapa kelompok tasawuf di Jakarta, serta pandangan-pandangan para pengikut/peminatnya terhadap kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan pengamatan terlibat (participant observation) dan wawancara mendalam (Indepth-interview). Metode Participant observation menghendaki peneliti untuk bisa diterima dengan baik oleh masyarakat yang diteliti, peneliti mampu menciptakan suasana nyaman dengan kehadirannya, sehingga dia bisa melakukan observasi dan merekam informasi tentang kehidupan masyarakat yang diteliti secara leluasa.
Hasil penelitian menunjukan data bahwa tidak semua yang terlibat dalam tasawuf serius mendalami tasawuf. Bagi beberapa orang, tasawuf adalah sebuah pelarian, karena mereka menghadapi ketidakpastian hidup masa depan. Bagi yang lain, jika tasawuf dianggap pelarian tidak apa-apa. Daripada lari ke hal-hal yang negatif, lari ke ke kiai untuk belajar tasawuf malah lebih baik. Hidup dipenuhi oleh ketidakpastian. Kehilangan harta dan jabatan dapat terjadi pada mereka kapan saja dan di mana saja. Jadi, setiap orang berada dalam ketidakpastian. Pada kondisi tersebut, manusia mengalami patah arang, khawatir dan menderita sakit mental. Keadaan ini yang menggiring mereka untuk larut dalam tasawuf, dengan tujuan mencari pembebasan. Atas dasar bahwa dengan tasawuf mereka dapat menghindari kekalutan hidup.
Rekomendasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: Hasil penelitian bisa menjadi acuan bagi para praktisi kebijakan untuk mencari model orientasi keagamaan yang cocok bagi masyarakat perkotaan, terutama dalam bidang sosial-keagamaan, dalam menyaring sisi negatif dari proses modernisasi dan industrialisasi, seperti; positivisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme dan hedonisme.**