Teknologi Senjata Strategis Meningkatkan Daya Saing
Jakarta (Balitbang Diklat)---Teknologi hari ini bukan sekadar sebagai alat otomatisasi meskipun mayoritas di lembaga-lembaga kita teknologi digunakan otomatisasi. Tapi, sesungguhnya yang perlu kita garisbawahi teknologi itu adalah sebagai senjata strategis untuk memenangkan sebuah persaingan.
Hal tersebut disampaikan Slamet, S.E., M.M., Ph.D., dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, saat bedah buku Organisasi Adaptif di Era Digital yang diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama di Marlynn Park Hotel Jakarta, Rabu (5/7/2023).
Menurut Slamet, penulis buku Organisasi Adaptif di Era Digital, dalam dunia bisnis hari ini persaingan tersebut sudah tampak sekali, demikian juga di dunia perbankan. Jadi, teknologi sebagai senjata strategis untuk meningkatkan daya saing, tidak sekadar menggantikan manualisasi menjadi otomatisasi.
“Surat yang dulu fisik sekarang paperless, bukan sekadar itu. Tapi, bagaimana teknologi itu menyerap menjadikan kita berdaya saing. Dalam konteks institusi publik, bagaimana teknologi bisa meningkatkan kinerja lembaga, bisa bereputasi,” ujar Slamet.
“ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan lagi teknologi alat saja, tapi sudah senjata strategis untuk meningkatkan daya saing dan kinerja institusi publik,” imbuhnya.
Namun, kata Slamet, perlu dicatat bahwa menurut hasil riset 90% implementasi IT itu gagal karena tidak memperhitungkan faktor sosial, faktor budaya, faktor sistem, faktor struktur, bahkan faktor politik. “10% itu kontribusi teknologi Jadi, kontribusi teknologi untuk membangun organisasi yang digital itu 10% sumbangannya meskipun investasinya besar. 90% itu adalah faktor yang lain,” ungkap Slamet.
Oleh karena itu, lanjut Slamet, perlu transformsi mindset, transformasi organsasi, dan manajemen. Juga transformasi business process. “IT masuk business process tidak berubah ya tidak efektif. Cost-nya tinggi, manfaatnya kecil. Itu sering terjadi. Transformasi budaya juga pegang peranan penting terhadap peranan sistem. Kita harus mengubah cara-cara itu sehingga bukan teknologi semata tapi ini yang harus kita ikuti,” tegas Slamet.
Terkait organisasi adaptif, Slamet memberikan ciri-ciri yaitu mengenali perubahan lingkungan organisasi yang terjadi dengan cepat dan sebelum terjadi, menjalankan perubahan yang baik dan benar, menjadikan organisasi korporasi yang digital dan tangkas, tidak menunggu pesaing mengenalkan perubahan, perubahan sistem informasi terjadi lebih cepat, dan merespon perubahan. (bas/sri)