Teologi Kerukunan Solusi Jitu Hadapi Ekstrimisme

6 Okt 2015
Teologi Kerukunan Solusi Jitu Hadapi Ekstrimisme

Jakarta (6 Oktber 2015). Diperlukan penanganan serius menghadai maraknya aksi radikalisme dan ekstrimisme dalam beragama yang akhir-akhir ini berkembang di masyarakat. Salah satu langkah strategis adalah dengan menyebarkan paham moderat yang berakar pada teologi kerukunan.

Hal ini disamaikan oleh Atho Mudzhar, Guru Besar Fakultas Syari’ah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta saat menjadi narasumber dalam kegiatan Bedah Buku Harmoni di Negeri Seribu Agama yang diselenggarakan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan di Jakarta (6/10). Menurutnya, umat Islam di Indonesia yang mayoritas berpaham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Asy’ariyah cukup memberikan modal dalam mengembangkan paham keagamaan yang moderat.

“Teologi asy’ariah merupakan pertengahan antara dua paham ekstrim yaitu jabbariyah dan qodariyah. Asy’ariyah, dengan pahamkasb ikhyari merupakan jalan tengah antara dua paham tersebut. Seharusnya ini menjadikan umat Islam di Indonesia yang mayoritas berpaham Asy’ariyah tidak dapat menerima paham ekstrim seperti terorisme.” demikian ujarnya.

Namun demikian, faktanya di Indonesia akhir-akhir ini paham radikal yang cenderung ekstrim mengalami perkembangan yang mengkhawatrkan. Oleh karenanya, menurut Atho, ajaran keagamaan toleran yang mengedepankan kerukunan harus disosialisasikan secara massif. “Dalam konteks ini, Buku Harmoni di Negeri Seribu Agama yang ditulis oleh Saudara Abdul Jamil sangat relevan” imbuhnya.

Buku Harmoni di Negeri Seribu Agama merupakan karya peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Abdul Jamil Wahab. Dalam pengantar diskusi, Abdul Jamil menjelaskan bahwa buku ini merupakan refleksi dari data dan fakta lapangan yang didapatinya selama mendapat tugas meneliti kerukunan di berbagai wilayah di Indonesia. “saya pernah ditugaskan untuk meneliti di Kampung Jawa Tondano, Manado, Desa Susuru Ciamis, dan beberapa wilayah lainnya. Fakta itulah yang saya ruuskan dan tuangkan dalam buku ini” ujarnya.

Sebagaimana pengakuannya, buku Harmoni di Negeri Seribu Agamaberusaha memberikan tawaran alternatif dalam mewujudkan harmoni di tengah keberagaman kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia.

“Ada tiga perspektif yang ingin saya tawarkan dalam upaya membangun harmoni, yaitu perspektif sosilogis, perspektif teologis dan perspektif praktis” terangnya. “dengan demikian, buku ini tidak hanya menawarkan konsep harmoni dalam tataran teori,tetapi juga menawarkan langkah-langkah strategis dan teknis dalam mewujdukan harmoni” lanjutnya.

Sebagaimana disampaikan oleh panitia, kegiatan bedah buku diikuti oleh 40 tamu undangan yang berasal dari perwakilan DItjen Bimas di lingkungan Kementerian Agama, penyuluh, dan perwakilan dari kementerian terkait seperti Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Hadir sebagai narasumber, selain Ath Mudhar, juga Ketua Umum PB Nahdat Ulama, Said Agil Siradj.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat, Abd. Rahman Mas’ud. Dalam sambutannya, Mas’ud menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Abdul Jamil, selaku peneliti pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan, yang telah berhasil menerbitkan buku. “Ini bukan karya pertama saudara Abdul Jamil. Beberapa waktu yang lalu, Puslitbang Kehidupan Keagamaan juga menyelenggarakan bedah buku karya Saudara Abdul Jamil lainnya. Saya kira, ini adalah prestasi yang sangat membanggakan dan layak ditiru oleh para peneliti lainnya” ungkapnya.

ags/ags

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI