Tiga Unsur Utama dalam Buku Moderasi Beragama

8 Okt 2019
Tiga Unsur Utama dalam Buku Moderasi Beragama
Menag LHS menyampaikan sambutannya pada Launching Buku Moderasi Beragama di Jakarta, Selasa (08/10). (Foto: Biro HDI)

Jakarta (8 Oktober 2019). Buku Moderasi Beragama setidaknya mengandung tiga hal. Pertama, menjawab pengertian Moderasi Beragama. Kedua, menjelaskan pengalaman empirik bangsa Indonesia dalam melaksanakan prinsip Moderasi Beragama. Ketiga, menjelaskan bagaimana strategi penguatan sekaligus implementasi Moderasi Beragama.

Hal tersebut dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam peluncurkan buku Moderasi Beragama di Auditorium H.M Rasjidi Gedung Kementerian Agama Jl. M.H. Thamrin No 6 Jakarta, Selasa (08/10).

“Cara kita beragama yang moderat sesungguhnya bukankah hal baru di tengah masyarakat kita yang dikenal agamis,” kata Menag Lukman.

Menurut dia, Moderasi Beragama bukanlah Moderasi Agama. Kata ‘Moderat’ dalam hal ini adalah lawan dari kata ‘ekstrem’. Moderat itu mengandung prinsip keseimbangan dan keadilan dengan tujuan agar tidak terjerumus pada ekstrimitas.

“Moderasi Beragama tidak cukup dilakukan oleh Kementerian Agama namun harus menjadi gerakan semua kita,” tandasnya.

Menurut Menag, ada tiga hal yang menjadi tolok ukur moderasi beragama. Pertama, kembali pada inti pokok ajaran agama, yakni nilai kemanusiaan. Setiap agama, inti pokok ajarannya mengajak untuk menghargai dan melindungi harkat dan martabat kemanusiaan.

“Bila ada ajaran agama yang bertolak belakang dengan inti ajaran pokok agama maka ini sudah berlebihan dan ekstrem,” kata Menag Lukman.

Kedua, kesepakatan bersama. Manusia tetaplah memiliki keterbatasan. Itulah mengapa Tuhan menghadirkan keragaman agar satu sama lain saling menyempurnakan. Keragaman adalah kehendak Tuhan. Manusia yang beragam membutuhkan kesepakatan. Dalam ajaran Islam dikenal dengan mitsaqan ghalidha (kesepakatan yang sangat kokoh).

“Jadi, inti pokok ajaran agama bagaimana setiap kita tunduk dan taat terhadap kesepakatan bersama itu,” tegas putra bungsu Menag era Bung Karno, K.H Saifuddin Zuhri ini.

Ketiga, lanjut dia, ketertiban umum. Inti pokok ajaran agama, bagaimana manusia yang beragam latar belakang bisa hidup bersama secara tertib. “Tujuan agama dihadirkan adalah agar tercipta ketertiban umum di tengah kehidupan bersama yang beragam,” jelasnya.

Usai diluncurkan, buku Moderasi Beragama langsung didiskusikan oleh tiga narasumber, yakni Komaruddin Hidayat (Rektor UIII), Adian Husaini (Dosen Universitas Ibnu Khaldun), dan Elga Sarapung (pendeta dan intelektual Kristen). Diskusi yang berlangsung seru itu dimoderatori Ulil Abshar Abdalla. []

Ova/diad

Penulis: Musthofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI