Tim PBPA: Representasi Kehadiran Pemerintah

7 Jun 2023
Tim PBPA: Representasi Kehadiran Pemerintah
Kepala Balitbang Diklat Prof. Suyitno berpose bersama peserta Penilaian Buku Pendidikan Agama Tahun 2023 di Bintaro, Selasa (6/6/2023). (Foto: Cepi).

Bintaro (Balitbang Diklat)---Tim Penilaian Buku Pendidikan Agama (PBPA) merupakan representasi dari kehadiran pemerintah. Maka yang dilakukan para supervisor dan verifikator merupakan perwakilan pemerintah untuk merepresentasi terhadap rekognisi justifikasi validasi buku yang dinilai.

“Jika verifikator akhir telah menyatakan validasi penilaian, maka itu kesimpulan pemerintah dalam menilai buku pendidikan agama,” kata Kepala Balitbang Diklat Suyitno pada pembukaan kegiatan Penilaian Buku Pendidikan Agama di Bintaro, Selasa (6/6/2023).

“Ketika tanda layak buku diterbitkan, akan sulit dilakukan pencabutan hanya karena ada kesalahan dari internal verifikator,” lanjutnya.

Semisal hal tersebut terjadi, ujar Kaban, publik tidak akan percaya dari kerja pemerintah yang direpresentasikan oleh tim verifikator. “Kalau sampai terjadi kecolongan, artinya masing-masing peran tidak melaksanakan kerja yang benar,” ujarnya.

Apalagi memasuki tahun politik, harus lebih waspada terhadap pekerjaan yang dilakukan pemerintah. “Tugas mulia ini sangat bergantung pada kita, maka sebagai PNS harus on the track,”  kata Guru Besar UIN Raden Fatah ini.

Lebih lanjut Kaban membahas mengenai filosofi kereta api yang disampaikan Gusmen pada Outlook 2023. Pertama, kereta api selalu berjalan di relnya.

“Tidak ada kereta api yang lewat jalan tikus atau jalan pintas. Siapapun yang tidak on the track pasti celaka,” tuturnya.

“Jadilah PNS yang sesuai jalur, jaga netralitas jangan sampai condong pada salah satu pihak. Bersikaplah profesional dalam bekerja,” imbau Kaban Suyitno.

Filosofi kereta api yang kedua, boleh berbeda gerbong tapi kereta tersebut disambungkan dengan rantai. “Artinya meski berbeda tetapi tetap satu tujuan. Maka tidak boleh ada ego sektoral sebab one vision, one team, and one go,” ujarnya.

Ketiga, kereta hanya boleh berhenti di tempat tertentu. Maka bersama-sama berjalan ke arah tujuan yang sama.

Filosofi terakhir, tidak boleh ada satu pun yang menghalangi jalannya kereta. Jika itu terjadi, maka akan terjadi kecelakaan. Ini sama dengan mendapat hukuman karena kesalahan sendiri melawan arus kereta.

“ASN Kemenag harus menjadi role model di masyarakat. Memiliki akhlak yang baik, toleran, dan saling menghormati perbedaan,” tegas Kaban memotivasi para peserta.

Menutup arahannya, Kaban mengingatkan agar tidak terjadi perpecahan karena perbedaan pendapat saat pemilu. “Pemilu lima tahunan tidak boleh mengganggu cita-cita bangsa Indonesia untuk hidup selamanya,” tandasnya.

Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO), Kasubag Tata Usaha Puslitbang LKKMO Sugeng Riyanto, dan Tim PBPA dari berbagai unsur.

(diad/Sr/bas)

Penulis: Dewi Indah Ayu
Editor: Sri Hendriani/Abas
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI