Tingkatkan Kualitas Diklat, Sambut Bonus Demografi Indonesia 2045

19 Agt 2023
Tingkatkan Kualitas Diklat, Sambut Bonus Demografi Indonesia 2045
Kaban Suyitno pada kegiatan Pembinaan Pegawai ASN Balai Diklat Keagamaan Makassar, Jumat (18/8/2023).

Makassar (Balitbang Diklat)---Dalam rangka menyambut bonus demografi Indonesia dan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kemenag Prof. Suyitno tekankan untuk segera melakukan transformasi di tubuh Balai Diklat Keagamaan (BDK). Hal ini diungkapkannya dalam acara silaturahmi sekaligus Pembinaan Pegawai ASN Balai Diklat Keagamaan Makassar, Jumat (18/8/2023).

Menurutnya, tantangan BDK itu semakin berat terutama dalam konteks pelatihan. Tantangan pertama adalah bonus demografi dan tantangan kedua adalah SDM itu sendiri. “Pada tahun 2045 yang kita sebut dengan Indonesia Emas itu, di atas 60% penduduk Indonesia rata-rata usia produktif. Tentunya pada saat itu, ASN kita juga rata-rata berusia produktif. Apakah kita sudah siap bersaing dengan negara-negara maju terkait dengan kualitas SDM?” ujarnya.

Hal tersebut, sambung Kaban, adalah tanggung jawabnya BDK, kampus dan lembaga pendidikan. Kalau kemudian kita menyiapkannya biasa-biasa saja, maka bisa dipastikan kualitas SDM yang berusia produktif itu tidak sebanding dengan usianya. “Sehingga yang disebut bonus demografi itu tidak menjadi bonus, malah menjadi beban. Itu yang paling ditakutkan oleh para pemimpin kita,” tuturnya.

Kaban Suyitno menyatakan bahwa tugas kita adalah menyiapkan mereka agar menjadi generasi yang berkualitas. Karena hidup itu saling bergantian dan saling bermutasi. “Kita sekarang menjadi seperti ini karena disiapkan oleh guru-guru kita bersama. Dan kita sekarang bisa menjadi orang yang hebat, bisa bertransformasi dari dunia konvensional ke dunia digital. Lalu, apakah hal yang sama juga bisa kita lakukan untuk menghadapi generasi 2045 yang lebih baik daripada kita pada hari ini?” ungkapnya

Lebih lanjut, Prof. Suyitno menegaskan kalau kita tidak bertransformasi, kita tidak bisa melakukan apa yang dilakukan guru kita kepada kita. Kita hanya dapat mengambil apa yang ditanam oleh guru kita pada zaman dahulu, tetapi kita tidak bisa memberikannya ke generasi selanjutnya. “Caranya adalah mau tidak mau, untuk memanen benih-benih yang unggul agar menjadi pemimpin masa depan, kita juga dituntut untuk harus unggul. Karena guru yang hebat melahirkan generasi yang hebat,” tegasnya.

Terakhir, Kaban mengajak kita semua untuk menghebatkan diri dengan tidak boleh berhenti untuk berinovasi. Ia mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat Balitbang akan mengadakan rapat koordinasi terkait dengan reformulasi diklat. Apakah masih relevan diklat-diklat yang dilaksanakan saat ini, dan bila sudah tidak relevan apa opsi yang lain sebagai solusinya? “Hal ini perlu dilakukan dalam rangka menjawab kebutuhan SDM yang akan datang. Sehingga dalam menyambut bonus demografi, kontribusi kita bisa terukur,” pungkasnya. (Najib/bas/Barjah)

Penulis: Ahmad Nasiin Najib
Editor: Abas/Barjah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI