TIPOLOGI PENGETAHUAN TEOLOGIS AGAMA; IDENTITAS KOLEKTIF DAN MULTIKULTURALISME SISWA SMA NEGERI DI SULAWESI UTARA

2 Apr 2007
TIPOLOGI PENGETAHUAN TEOLOGIS AGAMA; IDENTITAS KOLEKTIF DAN MULTIKULTURALISME SISWA SMA NEGERI DI SULAWESI UTARA

TIPOLOGI PENGETAHUAN TEOLOGIS AGAMA; 
IDENTITAS KOLEKTIF DAN MULTIKULTURALISME SISWA SMA NEGERI DI SULAWESI UTARA

Oleh: Sulaiman Mappiasse dkk (STAIN Menado)
76 hlm

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat
2006 


Identitas kolektif keagamaan siswa, berpengaruh secara tidak langsung pada sikap multikulturalisme lewat persepsi multikulturalisme siswa. Temuan ini menegaskan pentingnya menanamkan persepsi teologis yang tepat untuk mengembangkan sikap dan identitas kolektif positif. Demikian pula halnya dalam pembentukan sikap multikulturalisme, persepsi teologis dan multikulutralisme sangat penting dalam rangka mengembangkan sikap multikulturalisme dalam diri siswa. Persepsi teologis yang mendalam tapi tidak tepat diasumsikan dapat menyebabkan sikap teologis kurang sehat yang akan berimplikasi kurang baik terhadap pembentukan identitas kolektif keagamaan dan pembentukan persepsi multikulturalisme siswa.

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan : 1) Bagaimana tipologi pengetahuan teologis agama (Islam dan Kristen), yang mencakup persepsi dan sikap teologis, yang dimiliki siswa-siswa kelas tiga SMA Negeri di Sulut?; 2) Apakah agama melahirkan perbedaan dalam karakter persepsi teologis agama, sikap teologis agama, identitas kolektif keagamaan, persepsi dan sikap multikulturalisme antara siswa Muslim dan Kristen?

Penelitian ini berkesimpulan : 1) Tipologi persepsi dan sikap teologis siswa menunjukkan kedalaman, akan tetapi kedalaman yang dilematis; 2) Agama, persepsi dan sikap teologis siswa memainkan peran yang signifikan dalam pembentukan karakter identitas kolektif keagamaan mereka; 3) Pengaruh langsung agama terhadap karakter persepsi teologis siswa lebih dominan pada siswa Kristen. Akan tetapi, terhadap identitas kolektif keagamaan pengaruh ini lebih dominan pada siswa Muslim; 4) Berbeda dari siswa Muslim, pengaruh agama bagi siswa Kristen terhadap karakter identitas kolektif keagamaan beroperasi secara tidak langsung lewat sikap teologis mereka; 5) Meskipun persepsi teologis siswa tidak signifikan berpengaruh secara langsung terhadap sikap multikulturalisme siswa, akan tetapi ia berpengaruh secara tidak langsung padanya lewat sikap teologis dan persepsi multikulturalisme.

Penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti lebih jauh untuk melakukan pengujian konfirmatoris. Ini dibutuhkan sebab secara metodologis, sampel yang dilibatkan masih kecil. Di samping itu, variance yang dijelaskan dalam beberapa konsep masih kecil sehingga instrumen yang digunakan masih perlu modifikasi dan pengembangan lebih jauh. Namun demikian, hasil analisis eksploratoris dari studi ini akan sangat berarti sebagai langkah awal pengembangan model pembelajaran pendidikan agama di sekolah menengah atas. Masih banyak lagi variabel-variabel yang perlu dilibatkan untuk mengembangkan suatu model atau teori yang lebih komprihensif dan kuat.***

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI