TOT Penguatan Moderasi Beragama Cetak SDM Moderat
Jakarta (Balitbang Diklat)---Salah satu Program Prioritas Menteri Agama adalah Penguatan Moderasi Beragama (PMB). Untuk mendukung implementasi program tersebut, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama tengah menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) Penguatan Moderasi Beragam Angkatan VI dan VII pada 21-26 Maret 2022.
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Pusdiklat Teknis Imam Safe’i ini, bertujuan menyiapkan trainer atau pelatih yang siap menjadi fasilitator dalam program PMB, baik pelatihan, orientasi, maupun sosialisasi di seluruh Satker Kementerian Agama. Terdapat 60 orang yang mengikuti TOT terdiri atas widyaiswara dari unit kerja pelatihan dan dosen dari perguruan tinggi keagamaan.
Imam membuka TOT secara resmi di Kampus Pusdiklat Teknis Ciputat didampingi Kepala Bagian Tata Usaha, Koordinator Bidang Penyelenggaraan, Koordinator Bidang Program, dan para Subkoordinator (21/03). Dalam arahannya, Imam menegaskan pentingnya menyiapkan SDM yang kompeten di satu sisi, serta memiliki sikap moderat di sisi lain. “Dalam rangka mencetak SDM kompeten dan moderat itulah perlu trainer yang siap menginternalisasikan nilai-nilai moderasi beragama,” ungkap Imam.
Lanjut Imam, menyukseskan program PMB menjadi tugas kita bersama. “Beberapa tahun lalu program ini diperjuangkan agar menjadi program nasional. Bersyukur, PMB sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Kementerian Agama harus terdepan dalam menyukseskan PMB sesuai dengan tugas dan fungsinya. Karena itu, PMB merupakan pekerjaan besar yang memerlukan biaya besar serta melibatkan SDM dalam jumlah yang juga besar.
“Kini di masyarakat diperhadapkan dengan pertanyaan perlu tidaknya PMB. Para trainer harus bisa menjawab pertanyaan tersebut. Perlu tidaknya PMB bisa dianalogikan seperti kerukunan dalam sebuah rumah tangga. Kerukunan itu harus dibina, dan untuk membinanya perlu program. Untuk membina kerukunan keluarga saja, suami istri perlu menjalani kegiatan-kegiatan yang semakin mendekatkan keduanya, berkomunikasi satu sama lain, bahkan rela menyisihkan waktu dan biaya demi kebersamaan. Untuk keluarga saja seperti itu, apalagi ini untuk negara,” imbuh Imam. (Efa AF/bas)