Al-Qur’an Inspirasi Perubahan dan Kemajuan Umat Manusia
Jakarta (30 Agustus 2016). Al-Qur’an, diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad, berisikan tuntunan dan petunjuk yang bersifat universal, memuat prinsip-prinsip dasar dan pondasi umum sebagai landasan hidup. Al-Qur’an telah menjadi tonggak inspirasi perubahan dan kemajuan besar bagi umat manusia. Bacalah (iqra’), yang diperintahkan pada wahyu pertama, menjadi bukti bagaimana Al-Qur’an mendorong manusia untuk belajar, mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan peradaban mereka.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dalam Pembukaan Seminar Internasional Al-Qur’an dengan tema ”Peran Al-Qur’an dalam Membangun Peradaban Islam dan Kemanusiaan” yang diselenggarakan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, bertempat di Hotel Arya Duta, Jl. Prapatan No. 44-48, 30 Agustus 2016.
Sebelumya Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abd. Rahman Mas’ud, melaporkan bahwa seminar bertujuan untuk mengungkap historisitas penyalinan Mushaf Al-Qur’an sejak awal kodifikasi teks-teks Al-Qur’an hingga masa kini, menyingkap peran dan kontribusi mushaf Al-Qur’an dalam perkembangan peradaban Islam dan umatnya, menelisik pengaruh tradisi penulisan dan penyalinan mushaf Al-Qir’an dalam perkembangan seni budaya Islam, menjawab dan meluruskan beberapa kesalahpahaman terkait kodifikasi dan penyalinan Mushaf Al-Qur’an, serta mengisi kelangkaan sumber kajian dalam bidang sejarah, perkembangan, model, dan corak Mushaf Al-Qur’an, khususnya di Indonesia.
Seminar yang akan dilaksanakan selama tiga hari ini (30 Agustus s.d. 1 Sepetmber 2016), diikuti para penggiat kajian Al-Qur’an dari kalangan akademisi, seperti dosen, peneliti, dan para pengkaji Al-Qur’an baik dari dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya, Menteri Agama menyatakan perkembangan pemikiran dan peradaban umat Islam, tidak terlepas dari peran penting Al-Qur’an. Oleh karena itu, menjadi wajar bila kitab suci ini disebut sebagai sumber peradaban. Tentunya, dalam tataran praktis, teks Al-Qur’an tidak dapat membangun peradaban secara sendirian. Perlua adanya dialektika manusia dengan realitas di satu pihak dan dengan teks Al-Qur’an di pihak lain. Usaha mendialogkan Al-Qur’an sebagai teks yang terbatas dengan problem sosial kemasyarakatan yang tak terbatas telah melahirkan beragam penafsiran dan pemahaman Al-Qur’an yang terus berkembang. Usaha ini merupakan wujud upaya manusia dalam menciptakan budaya dan peradabannya.
Lebih jauh Menteri Agama mengungkapkan kajian seputar teks Al-Qur’an, tidak hanya melahirkan beraneka corak kitab tafsir, namun telah mengilhami lahirnya berbagai disiplin ilmu keislaman. Kodifikasi Al-Qur’an pada masa Khalifah Utsman bin ‘Affan yang dibarengi dengan penyatuan bacaan dan tulisan menjadi satu teks standar telah mengilhami lahirnya tradisi penyalinan Mushaf Al-Qur’an dari masa ke masa. “Tak dapat dipungkiri, Mushaf Al-Qur’an merupakan naskah yang paling banyak disalin sejak zaman dahulu, baik oleh masyarakat muslim, maupun non muslim,” ujar Menteri Agama.
Menteri Agama menegaskan tradisi penulisan Al-Qur’an yang telah dicetuskan pada masa sahabat terus berkembang seiring perkembangan zaman. Keperluan untuk pendokumentasian dan pelestarian Al-Qur’an, memunculkan ide serta gagasan untuk memperbaharui dan memperindah tulisan Al-Qur’an sehingga menjadi lebih pantas sebagai representasi wahyu Ilahi. Upaya ini dapat dilihat dari bentuk tulisan teks Al-Qur’an yang indah serta dilengkapi dengan corak hiasan sebagaimana ditemukan dalam mushaf Al-Qur’an, baik yang ditulis tangan maupun hasil cetakan. “Di sini, tampak Mushaf Al-Qur’an di satu sisi telah menjadi faktor pendorong perkembangan nilai seni dan kreatifitas para penulis dan pencintanya. Lahirnya ilmu kaligrafi dan variasinya dalam dunia Islam, tak terlepas dari girah masyarakat muslim untuk menciptakan tulisan Al-Qur’an yang indah. Keindahan bahasa Al-Qur’an juga mengilhami perkembangan ilmu bahasa dan sastra Arab,” ungkapnya.
Menurut Menteri Agama, sebagai teks yang berbahasa Arab, kajian seputar teks Al-Qur’an juga mendorong upaya penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain, baik di kalangan muslim maupun orientalis, tentunya dengan tendensi berbeda. Dalam tataran praktis, penerjemahan Al-Qur’an selalu menjadi masalah kontoversial dan isu yang sulit dalam diskursus ilmu Al-Qur’an. Kosa kata dalam Al-Qur’an memiliki berbagai arti tergantung pada konteks, sehingga untuk membuat sebuah terjemahan yang akurat amatlah sulit. Namun, terlepas dari problematika yang muncul, usaha penerjemahan Al-Qur’an sedikit banyak telah membantu umat Islam memahami kitab sucinya.
Dalam pembukaan seminar ini, Menteri Agama juga me-launchingaplikasi Al-Qur’an Kemenag yang merupakan aplikasi Al-Qur'an digital pertama Kementerian Agama dan sekaligus menyerahkan secara simbolis Manual Book “Qur’an Kemenag” versi Android kepada masyarakat yang diwakili oleh KH. Nawawi Dencik (Imam Besar Masjid Agung Palembang).
“Saya berharap mushaf Al-Qur’an Indonesia menjadi salah satu rujukan masyarakat Indonesia maupun luar Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Agama terus berupaya agar Al-Qur’an tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, salah satu upaya membudayakannya adalah melalui Al-Qur’an Digital,” tambahnya mengakhiri sambutan.