BDK Medan Tampilkan Keunikan Indonesia Lewat Stan Bertema Adat Khas Sumatra Utara

13 Agt 2024
BDK Medan Tampilkan Keunikan Indonesia Lewat Stan Bertema Adat Khas Sumatra Utara
Stan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Medan di Conference Xtra, Surabaya, Selasa (13/8/2024).

Surabaya (Balitbang Diklat)--- Suasana meriah dan penuh warna menyelimuti acara Conference and Expose on Training (Conference Xtra) 2024 yang digelar di Hotel Shangri-La Surabaya. Acara ini berlangsung dari tanggal 13-15 Agustus 2024. Kegiatan ini diikuti oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK), Balai Litbang Agama (BLA), dan Loka Diklat Keagamaan (LDK) dari seluruh Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.

 

Masing-masing BDK menampilkan beragam inovasi dan kreasi melalui stan pameran mereka, yang mencerminkan kekayaan budaya dan potensi lokal.

 

Salah satu stan yang mencuri perhatian adalah milik BDK Medan. Tidak hanya menghadirkan produk-produk unggulan yang diproduksi oleh UMKM dan pegawai BDK Medan sendiri, stan ini juga menyuguhkan konsep pameran yang unik dan memikat.

 

Pegawai yang bertugas di stan tersebut mengenakan pakaian adat khas Sumatra Utara, sehingga menghadirkan nuansa budaya yang kental di tengah kemeriahan acara.

 

"Kami mengenakan pakaian adat dari berbagai etnis di Sumatra Utara, seperti Adat Nias, Mandailing, Fak-Fak, dan Melayu," ujar Muhammad Halomoan, Kepala Balai Diklat Keagamaan (Kabalai) Medan, Selasa (13/8/2024).

 

"Tujuan penggunaan pakaian adat ini adalah untuk menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya lokal Indonesia. Ini adalah identitas bangsa kita yang harus kita banggakan," lanjutnya.

 

Produk yang dipamerkan BDK Medan adalah berbagai macam kopi seperti, kopi robusta dan arabika yang berasal dari Mandailing serta Gayo.

 

Produk-produk tersebut tidak hanya menjadi daya tarik bagi pengunjung, tetapi juga menjadi bukti konkret bagaimana UMKM lokal dapat berkontribusi dalam perekonomian daerah.

 

Halomoan menjelaskan bahwa dengan menampilkan keragaman budaya dari berbagai daerah di Indonesia, diharapkan dapat mempererat persatuan bangsa. “Perbedaan tidak seharusnya menjadi alasan untuk diskriminasi, melainkan harus dilihat sebagai kekuatan yang mempersatukan kita sebagai satu bangsa Indonesia,” pungkasnya.

 

(Natasya Lawrecia)

Penulis: Natasya Lawrencia
Sumber: Kontributor
Editor: Dewi Indah Ayu/Sri Hendriani
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI