BLA Gelar Seminar Hasil Riset TIK
Jakarta (19 September 2017). Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (BLA) Jakarta menyelenggarakan Seminar Hasil Penelitian “Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Guru Madrasah Aliyah di Jakarta dan Jawa Barat,” bertempat di Hotel Horison Bekasi, dari tanggal 18-19 September 2017.
Kepala Balai, Dr. H.M. Adlin Sila, MA., Ph.D., mengatakan temuan penelitian antara lain menunjukkan jenis infrastruktur TIK yang paling banyak dimiliki guru Madrasah Aliyah adalah laptop, smartphone/handphone, dan mesin printer. Pemanfaatan TIK untuk kurikulum dan penilaian guru Madrasah Aliyah di Jakarta dalam kategori tinggi dan Jawa Barat kategori cukup tinggi.
Secara umum, pemanfaatan TIK untuk pedagogik di Jakarta dan Jawa Barat cukup tinggi. Pemanfaatan TIK untuk administrasi dan organisasi juga tinggi. Sementara pemanfaatan TIK untuk pengembangan profesi guru secara umum masih rendah, baik di Jakarta maupun Jawa Barat.
Adapun kompetensi dasar TIK guru cukup baik. Namun demikian, faktor keterbatasan kecepatan internet, kurang terampil menggunakan TIK, dan keterbatasan waktu menjadi kendala yang paling sering dalam memanfaatkan TIK oleh guru di Jakarta. Sedangkan faktor hambatan di Jawa Barat lebih banyak terkait keterbatasan jumlah komputer dan laptop, keterbatasan kecepatan internet, keterbatasan waktu, dan kurang terampil menggunakan TIK.
Hasil penelitian memberikan rancangan rekomendasi perlunya Direktorat Jenderal Pendidikan Islam memetakan dan memfasilitasi kebutuhan infrastruktur TIK di Madrasah Aliyah, perlunya Badan Litbang dan Diklat merancang program pendidikan dan latihan TIK bagi guru Madrasah Aliyah, dan perlunya Madrasah Aliyah menggandeng lembaga independen atau swasta untuk mendukung pembiayaan infrastruktur TIK di lembaga.
Dalam kesempatan ini, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd. menyambut baik hasil penelitian tersebut. Pasalnya, TIK penting sekali bagi para guru di era sekarang ini. Selain itu, kata Rohmat, banyak informasi yang didapat dari penelitian ini. “Banyak varian-varian yang bisa dianalisis,” ujarnya.
Namun, Rohmat menyayangkan rekomendasi yang diberikan masih bicara pemetaan. “Jangan bicara memetakan, kita harus sudah memberikan peta kepada unit-unit teknis,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Rohmat, rekomendasi harus konkret, harus jelas. “Yang mengambil keputusan jangan berpikir lagi, tapi melaksanakan,” tegasnya.
Seminar ini diikuti perwakilan unit-unit teknis, kepala madrasah, guru, pengamat pendidikan, LSM, dan sejumlah peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta. (bas)