Dialog dan Pengembangan Wawasan Multikultural, Langkah Efektif Atasi Kekerasan Atas Nama Agama

20 Apr 2015
Dialog dan Pengembangan Wawasan Multikultural, Langkah Efektif Atasi Kekerasan Atas Nama Agama

Jakarta (20 April 2015). Kekerasan yang dilatarbelakangi oleh faktor apapun, termasuk sentimen keagamaan merupakan perilaku yang tidak dapat dibenarkan. Oleh karenanya, prilaku tersebut harus dihilangkan dari kehidupan masyarakat.

Salah satu upaya yang paling efektif dalam menghilangkan prilaku tersebut adalah dengan dialog dan pengembangan sikap saling memahami. “Dialog dan pengembangan wawasan multikultural, terutama kepada para pemuka agama, adalah upaya kontra kekerasan (nonviolence) yang efektif dalam rangka meminimalisir kekerasan dan memantapkan harmoni,” demikian disampaikan oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat, Abd Rahman Masud saat menjadi narasumber pada Focus Group Discussion(FGD) yang di selenggarakan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina bekerjasama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta.

Selain Abd. Rahman Masud, kegiatan yang mengambil tema “Memperkuat Demokrasi: Agama dan Perdamaian di Indonesia” juga menghadirkan narasumber lain, diantaranya Sidney Jones (Direktur IPAC) dan Ihsan Ali Fauzi (Direktur PUSAD Paramadina). Kegiatan diselenggarakan di kantor FKUB DKI Jakarta, Senin 20 April 2015.

Pada kesempatan ini Masud menjelaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya memiliki perhatian yang cukup besar dalam pengembangan wawasan multikultural. Sejak tahun 2002, Badan Litbang dan Diklat sudah menjadikan dialog yang mengangkat tema pengembangan wawasan multikultural sebagai tradisi. “Kegiatan dialog wawasan multikultural telah kami laksanakan sejak tahun 2002” ujarnya.

Kegiatan dialog tidak hanya dilakukan di pusat, tetapi juga diselenggarakan di seluruh Propinsi. Pesertanya-pun berasal dari berbagai kalangan. “Dialog wawasan multikultural yang kami lakukan diikuti seluruh perwakilan ormas, MUI, KWI, PGI, PHDI, MATAKIN baik dari tingkat pusat maupun propinsi.” tegasnya.

Masud juga menambahkan bahwa sejak tahun 2013, Badan Litbang dan Diklat juga menyelenggarakan dialog lintas guru pendidikan agama. Sebagaimana dialog wawasan multikultural, kegiatan ini juga dilaksanakan di seluruh propinsi di wilayah Indonesia dan melibatkan guru dari berbagai latar belakang keagamaan.

Masud memandang bahwa kegiatan dialog sangat efektif dalam mengembangkan keharmonisan kehidupan bermasyarakat. “Ada saling keterbukaan dan saling belajar antar pemeluk agama. Kegiatan ini penting direplikasi di tempat-tempat lain di kabupaten/kota bahkan di tingkat kecamatan oleh Kantor kementerian Agama Provinsi, Kabupaten, dan Kota maupun Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota” harapnya.

Dalam kesempatan ini juga, Masud memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat. Hasil penelitian yang dilakukan di tahun 2010 menunjukkan terdapat hubungan berlawanan antara pengetahuan agama dengan tindak kekerasan atas nama agama. Dengan kata lain semakin baik pengetahuan agama seseorang, maka makin tidak terdorong orang tersebut untuk melakukan tindak kekerasan. Sebaliknya, makin kurang pengetahuan agama seseorang, maka kecenderungan kekeraasan atas nama agama akan meningkat.

Penelitian tersebut juga menyampaikan beberapa rekomendasi. Selain merekomendasikan peningkatan dialog yang telah berjalan, penelitain ini juga merekomendasikan perlunya peningkatan ekonomi masyarakat sebagai sarana pengentasan kemiskinan (poverty eradication), penegakan aturan dan hukum, serta peningkatan kesadaran politik masyarakat.[]

ags/rin/ags

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI