Digitalisasi Naskah Kuno Palembang: Konservasi Teks dan Konteks

27 Apr 2018
Digitalisasi Naskah Kuno Palembang: Konservasi Teks dan Konteks

Palembang (26 April 2018). Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (PLKKMO) tahun ini melanjutkan program Eksplorasi dan Konservasi Manuskrip Keagamaan. Program yang telah dilaksanakan sejak 2009 ini bertujuan untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno.

Diharapkan hal ini menjadi langkah konkrit konservasi naskah yang berserakan di masyarakat. Konservasi terhadap naskah klasik keagamaan dalam bentuk digitalisasi naskah sangat penting dilakukan, karena kandungan isinya merupakan sumber sejarah dan pemikiran dalam berbagai bidang.

Program digitalisasi manuskrip keagamaan difokuskan pada empat wilayah, antara lain yaitu Madura, Lombok, Padang, dan Palembang. Sebelumnya digitalisasi untuk naskah-naskah kuno di Palembang sudah pernah dilakukan oleh Yayasan Naskah Nusantara bekerja sama dengan Tokyo University of Foreign Studies di 2003. Selain itu LPMA pun pernah mendigitalisasi khusus naskah-naskah Al-Qur’an kuno di Palembang milik Kms. Andi Syarifuddin.

Naskah-naskah kuno di Palembang yang begitu melimpah sangat menarik untuk diteliti serta dikaji baik oleh lembaga-lembaga yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu pemilik ratusan naskah-naskah kuno Palembang adalah Kms. Andi Syarifuddin.

Naskah-naskah beliaulah yang kemudian pernah didigitalkan oleh Yayasan Naskah Nusantara bekerja sama dengan Tokyo University of Foreign Studies di 2003. Namun demikian belum semua naskah-naskah tersebut didigitalkan, untuk itulah maka PLKKMO melakukan digitalisasi naskah-naskah kuno perpustakaan Umariyah milik Kms. H. Andi Syarifuddin yang belum terdigitalisasi.

Kms. H. Andi Syarifuddin sebagai salah satu di antara pemilik terbanyak naskah-naskah kuno Palembang dalam wawancara dengan peneliti mengungkapkan bahwa meski pihak Yayasan Naskah Nusantara bekerja sama dengan Tokyo University of Foreign Studies telah melakukan digitalisasi namun masih banyak lagi yang belum terdigitalkan. Terdapat sekitar ratusan naskah yang masih bisa dilakukan digitalisasi yang merupakan milik turun temurun keluarganya.

Berdasarkan penuturan Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Prof. DR. H. Duski Ibrahim, M.Ag., bahwa keberadaan naskah-naskah kuno di Palembang yang sangat banyak ini masih berada di tangan masyarakat dan belum ada lembaga khusus di Palembang sebagai penyimpanan dan perawatan naskah-naskah kuno tersebut. Naskah-naskah kuno yang berada di tangan masyarakat tentunya masih dalam perawatan yang sederhana, padahal naskah-naskah yang berusia ribuan bahkan ratusan tahun tersebut perlu perawatan yang sangat baik untuk menghindari kerusakan.

Di sisi lain, dalam lingkungan akademis kajian tentang isi naskah sangat perlu dilakukan mengingat ditemukannya kesalahan dalam menginterpretasikan isi naskah oleh lembaga atau individu tertentu. Oleh karena itu penting adanya kajian-kajian naskah untuk meluruskan kesalahanpahaman interpretasi tersebut. Berangkat dari itu pihak Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang berinisiatif melakukan diskusi tentang naskah-naskah yang berasal dari Palembang baik terkait dengan isi naskah maupun tentang konservasi terhadap naskah itu sendiri. Berangkat dari sering dan banyaknya perhatian akademisi terhadap diskusi tentang naskah, pada 2016 Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang mendirikan lembaga kajian Naskah Melayu. Lembaga ini secara rutin pada hari Rabu melakukan diskusi tentang naskah Melayu dengan menghadirkan narasumber dan pemerhati naskah lainnya.

Bersama dengan Direktur Program Pascasarjana Universitas UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Muhammad Adil, MA., Ketua Lembaga Naskah Melayu mengungkapkan bahwa banyak juga naskah-naskah kuno Palembang milik Sultan Prabu Diraja yang saat ini dipegang oleh keturunannya. Di sisi lain beliau menuturkan bahwa semakin banyak peneliti dan akademisi yang melakukan kajian-kajian terhadap naskah-naskah kuno Palembang baik dari Palembang maupun dari luar Palembang. Diharapkan akademisi dan peneliti tidak hanya berbicara tentang kuantitas naskah yang berada di Palembang, akan tetapi penting juga bicara tentang kualitas isi naskah tersebut. Beliau menambahkan, perlu dirancang bagaimana naskah-naskah tersebut tidak hanya terbatas bermanfaat untuk kepentingan peneliti atau akademisi. Dibutuhkan langkah-langkah konkrit oleh semua lembaga dan individu pemerhati naskah-naskah kuno untuk membuat sebuah kemasan yang menarik dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat umum, salah satu contohnya adalah buku muatan lokal berbasis naskah kuno bagi anak sekolah.

Konservasi terhadap naskah-naskah kuno dalam program digitalisasi manuskrip keagamaan setidaknya menjadi salah satu program konkrit untuk menyelamatkan teks maupun konteks naskah-naskah kuno itu sendiri. Penyelamatan (konservasi) teks dapat diterjemahkan sebagai penyelamatan terhadap fisik naskah yang masih tersebar di tangan masyarakat sehingga meski naskah itu rusak atau hilang telah terselamatkan dalam bentuk digital. Sedangkan penyelamatan (konservasi) konteks dapat diterjemahkan sebagai bentuk pemanfaatan isi naskah melalui kajian-kajian yang dapat bermanfaat tidak hanya untuk peneliti dan akademisi, namun juga bermanfaat untuk masyarakat umum lainnya. Konservasi teks dan konteks saling berhubungan satu sama lain. Keberadaan naskah yang terselamatkan (konservasi teks) menjadi langkah awal untuk kemudian dilakukan kajian-kajian teks (konservasi konteks) agar dapat diciptakan langkah-langkah konkrit yang bermanfaat bagi masyarakat luas sehingga pelestarian warisan budaya masa lalu dapat terlaksana. []

Reza Roeslan/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI