Gandeng Pemerintah dan Masyarakat, Pusdiklat Teknis Tingkatkan Kompetensi SDM Semua Agama
Jakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki memaparkan Proyek Perubahan Pelatihan Kemimpinan Tingkat I yang diselenggarakan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Proyek mengusung tema ‘Perluasan Akses Pelatihan Keagamaan Berkelanjutan Melalui Kemitraan Pemerintah-Masyarakat’.
Dalam paparannya, Mastuki menyampaikan bahwa semua milestone jangka pendek tercapai dengan baik. Bahkan ada output tambahan yaitu penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama dengan beberapa stakeholders.
“Program ini diawali dengan konsultasi tentang judul proyek perubahan, pembentukan tim efektif pelaksana proyek perubahan, menyusun milestone baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, hingga ketercapainnya,” ujarnya di hadapan narasumber penguji Dadang Rukmana dari BPSDM PUPR, Jumat (2/8/2024).
Menurut Mastuki, terdapat pula beberapa kemajuan yang berarti seperti pada kurikulum dan silabus pelatihan keagamaan. “Semula hanya sampai penyusunan draft, tetapi akhirnya bisa dilaksanakan dan ditetapkan dalam Panduan Pelatihan,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Mastuki, ada pergeseran beberapa agenda jangka menengah yang bisa ditarik ke jangka pendek, yaitu uji coba pelatihan. Uji coba tersebut dilaksanakan secara hybrid menggunakan MOOC Pintar, smart classroom, dan ditayangkan melalui kanal Youtube.
“Semua bisa terwujud atas kerja tim efektif, karena banyak sekali perencanaan hingga pelaksanaan yang dikerjakan oleh tim tersebut,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut Kepala Badan Litbang dan Diklat Suyitno sebagai mentor memberikan penguatan pada proyek perubahan tersebut. Ia mendukung proyek perubahan sebagai program berkelanjutan yang bisa diimplementasikan sebagai legasi Pusdiklat Tenaga Teknis.
“Proyek perubahan ini merupakan mandatori Menteri Agama sebagai tugas dan fungsi Kementerian Agama yang sesungguhnya, yaitu melakukan pengembangan kompetensi di bidang layanan keagamaan. Sasaran program ini sangat banyak dan luas dengan varian yang beragam,” katanya.
Suyitno menambahkan bahwa tidak semua anggaran pelatihan keagamaan bersumber dari DIPA. Oleh karena itu, bisa diatasi melalui filantropi ormas keagamaan. “Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis guna mengawal keberlanjutkan pelatihan keagamaan ini,” ucapnya.
Pada konteks tersebut, Suyitno menyarankan agar filantropi dapat dilibatkan sejak awal melalui pelatihan secara khusus, seperti Fasilitator Nasional (Fasnas) dan Fasilitator Daerah (Fasda). “Mereka ini yang kemudian akan mengawal keberlanjutan penguatan kompetensi tokoh-tokoh agama yang bisa bersentuhkan langsung pada umatnya,” urainya.
Menanggapi hal tersebut, narasumber penguji Dadang Rukmana, mengapresiasi proyek perubahan tersebut. Menurutnya program ini termasuk pada pelatihan leadership yang membutuhkan followership.
“Follower zaman sekarang adalah generasi milenial yang cara pikirnya berbeda sehingga dibutuhkan pendekatan baru, yaitu algoritmik leadership. Secara sederhana adalah membangun tradisi eksplorasi antar generasi,” katanya.
Terakhir, Dadang mengatakan bahwa subjek yang diangkat dan bukti implementasi proyek perubahan sudah menunjukan kemampuan kepemimpinan kolaboratif seperti yang diharapkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN).
(Yanti Mentari)