Ingin Tembus Scopus, Puslitbang LKKMO Datangkan Profesor John Vong

11 Mar 2020
Ingin Tembus Scopus, Puslitbang LKKMO Datangkan Profesor John Vong

Jakarta (10 Maret 2020). Puslitbang Lektur, Khazanah Kegamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) mendatangkan Profesor John Vong untuk berbagi pengalaman tentang kiat menembus jurnal internasional terindeks scopus kepada para peneliti di lingkungan Balitbang Diklat Kementerian Agama. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab kebutuhan para peneliti terkait publikasi ilmiah.

Kepala Puslitbang LKKMO Muhammad Zain mengatakan, keinginan menembus jurnal internasional terindeks scopus di kalangan peneliti masih cukup tinggi. Sebab, sejauh ini scopus memiliki track record (rekam jejak) sebagai pengelola jurnal berkelas dunia lintas benua. Oleh karena itu, pihaknya merasa perlu mengundang guru besar kelahiran Singapura itu.

“Sebagai Direktur Internasional Center ASEANA Management (ICAM), Prof. Dr. John Vong, BA, MBA, CPA, PhD., memiliki pengalaman yang panjang di bidang ini,” ujar M Zain di sela acara yang dihelat di ruang rapat lantai 2 Gedung Kemenag Jl MH Thamrin No 6 Jakarta, Selasa (10/03).

Menurut dia, peluang untuk penerbitan di jurnal terindeks scopus dengan Prof. Dr. John Vong sangat besar. Sebab, guru besar berkewarganeraan Australia ini memiliki segudang pengalaman terkait penerbitan artikel ilmiah di jurnal internasional.

Dalam paparannya, Profesor John Vong mengaku telah lama melakukan riset di Indonesia. Ia juga memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ia banyak berkolaborasi dengan tim yang solid, bagus, dan saling mempercayai kebersamaan. Total, sudah 14 negara yang kunjungi.

“Berkat bantuan dana dari ADB, pada 1999 saya sudah datang ke sini untuk riset. Bulan depan, saya datang ke Kamboja ada riset tentang digital banking. Jadi, tergantung dana datang dari mana,” ujarnya mengawali paparan.

“Jika saya sendiri tentu tidak bisa apa-apa. Butuh tim yang solid dan bagus. Sebelumnya, saya menghabiskan masa studi S1-S3 di Inggris. Ada juga kesempatan ke Harvard. Sedang sedang S3 di empat universitas di Australia. Saya juga kerja di scopus selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, saya mau berbagi pengalaman bagaimana menembus scopus,” sambungnya.

Untuk menjalani riset, kata Prof. Vong, ia melibatkan tim. Ia juga membimbing orang dalam sebuah riset hingga meraih S3. Total ia memiliki 35 ribu sitasi di seluruh dunia. Menurut dia, tiap orang biasanya memiliki ratusan sitasi saja.

“Jika ada yang punya seribu sitasi, maka ia sudah bisa jadi profesor senior. Tapi di grup kami ada 35 ribu sitasi. Di Indonesia paper sitation ada 65 ribu tiap tahun. Di Singapura 245 ribu. Malaysia 76 ribu sitasi. Bagaimana caranya? Jadi, kami punya riset yang konsisten untuk promosi ke scopus ini. Minimal 3 atau 5 judul dalam setahun. Dan buku juga,” ungkapnya.

Selama dua jam lebih, mulai pukul 9 pagi hingga menjelang dzuhur, sang pakar yang fasih berbahasa Indonesia ini memberikan kuliah umum bertema ‘Opportunity for publishing in Scopus Indexed Journals with Prof Dr John Vong’. Diskusi yang gayeng ini dimoderatori Choirul Fuad Yusuf, Kepala Puslitbang Lektur sebelumnya.

Sejumlah peneliti tampak asyik menyimak paparan sang profesor yang disampaikan dalam bahasa campuran Inggris-Indonesia agar lebih mudah dipahami. Saat dibuka termin tanya jawab, mereka dengan cepat tunjuk jari sehingga membuat moderator bergerak cepat memandu jalannya diskusi. []

Ova/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI