Kurikulum Berbasis Cinta, Jalan Baru Pendidikan yang Memanusiakan

20 Jun 2025
Kurikulum Berbasis Cinta, Jalan Baru Pendidikan yang Memanusiakan
Focus Group Discussion (FGD) Strategi Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Madrasah, Kamis (19/6/2025).

Bandung (BMBPSDM)---Kepala Badan (Kaban) Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, M Ali Ramdhani menegaskan pentingnya pendidikan yang berangkat dari nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih, dan spiritualitas dalam membentuk generasi masa depan.

 

”Pendidikan yang hanya berorientasi pada capaian akademik dan kognitif tanpa mengindahkan dimensi afektif dan spiritual akan melahirkan generasi yang cerdas namun kering nilai,“ ungkap Kaban Dhani saat memberikan arahan pada Focus Group Discussion (FGD) Strategi Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Madrasah yang berlangsung di Bandung, Kamis (19/6/2025).

 

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Pustrajak Penda) dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan mengusung tema ‘Kurikulum Berbasis Cinta Membangun Pembelajaran Humanis dan Bermakna’, FGD itu menjadi forum penting dalam merumuskan arah transformasi pendidikan madrasah di Indonesia.

 

Menurut Kaban Dhani, cinta adalah energi dasar dalam agama dan kehidupan. ”Kurikulum Berbasis Cinta merupakan upaya membumikan nilai-nilai kasih sayang dan penghormatan terhadap kemanusiaan dalam sistem pendidikan. Ia bukan sekadar pendekatan pedagogis, melainkan jalan hidup dalam mendidik,” tuturnya.

 

 

 

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa Kemenag melalui BMBPSDM akan terus mendorong pembaruan paradigma pendidikan berbasis spiritualitas transformatif yang berakar pada nilai-nilai agama dan budaya lokal.

 

Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu juga mengingatkan pentingnya peran guru sebagai figur sentral dalam keberhasilan implementasi KBC. Guru bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik jiwa yang menghadirkan cinta dalam setiap proses pembelajaran.

 

“Kurikulum Berbasis Cinta tidak bisa berjalan tanpa guru yang mencintai muridnya, memahami mereka dengan empati, dan membimbing dengan kelembutan. Maka, revitalisasi pendidikan guru adalah keharusan,” tegasnya.

 

Transformasi pendidikan

Kepala Pustrajak Penda Rohmat Mulyana Sapdi dalam laporannya mengatakan bahwa FGD ini merupakan bagian dari upaya memperkuat transformasi pendidikan keagamaan agar lebih inklusif, empatik, dan berorientasi pada karakter.

 

“Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) didorong sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran di madrasah, yang menempatkan cinta kasih, empati, dan penghargaan terhadap kemanusiaan sebagai fondasi utama dalam kegiatan belajar mengajar,” kata Kapus Rohmat.

 

Guru Besar Bidang Pendidikan Nilai ini menyampaikan bahwa KBC adalah refleksi atas kebutuhan pendidikan yang tidak hanya mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, dan penguatan spiritualitas.

 

“Kurikulum Berbasis Cinta merupakan tawaran solusi untuk menjawab tantangan pendidikan hari ini yang cenderung menekankan capaian kognitif semata. KBC mendorong tumbuhnya pendidikan yang lebih manusiawi, menghargai proses, dan membangun relasi yang bermakna antara guru dan murid,” ujarnya.

 

Sementara itu, Plh Rektor UIN Bandung Prof. Tedi Priatna menegaskan pentingnya kolaborasi antara lembaga penelitian dan kampus dalam merumuskan strategi kurikulum yang kontekstual dan relevan. Ia menilai KBC selaras dengan semangat Islam rahmatan lil ‘alamin yang mengedepankan kasih sayang dan keadaban dalam pendidikan.

 

Selain Kaban Ali Ramdhani, FGD juga menghadirkan beberapa narasumber dari kalangan akademisi, peneliti, dan praktisi pendidikan. Yakni, Fakry Hamdani PhD (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung), Shiyamu Manurung (Peneliti BRIN), dan Prof. Ulfiyah (Dekan Fakultas Psikologi UIN Bandung). 

 

Diskusi yang dihadiri 40 peserta dari kalangan dosen dan tenaga kependidikan tersebut berlangsung dinamis dan seru. Membahas dimensi filosofi KBC, desain implementasi kurikulum di madrasah, hingga tantangan dan strategi dalam proses internalisasi nilai cinta dalam pembelajaran.

 

(Ova)

Penulis: Ali Musthofa Asrori
Sumber: Pustrajak Penda
Editor: Dewi Indah Ayu D.
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI