ISRL Diharapkan Mampu Melahirkan Rekomendasi Penanganan Persoalan Keagamaan di Indonesia

7 Nov 2018
ISRL Diharapkan Mampu Melahirkan Rekomendasi Penanganan Persoalan Keagamaan di Indonesia

Yogyakarta (7 November 2018). Badan dan Diklat Kementerian Agamamenggelar International Symposium On Religiuos Life (ISRL). Gelaran kali kedua ini berlangsung di Yogyakarta. Acara yang berlangsung hingga 9 November tersebut, dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini, Rabu (07/11).

“Saya bersyukur bahwa tema yang akan dibahas di ISRL adalah tema-tema yang sangat relevan  dengan kondisi keagamaan global, tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia,” ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin.

Menag berterima kasih dengan terselenggaranya ISRL, simposium internasional yang mendalami mengenai kajian keagamaan. “Mudah-mudahan rumusan-rumusan hasil simposium ini menghasilkan  rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti menjadi  aturan yang bisa digunakan untuk menangani persoalan keagamaan di Indonesia,” lanjut Menag.

ISRL kedua terselenggara hasil kerjasama Balitbang Diklat Kemenag denganIndonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kegiatan ini  mengusung tema “Religion in a Devided, Multicultural World: Moderation, Fragmentation and Radicalization”. 

Menurut Kabalitbang dan Diklat Abd. Rahman Mas’ud, simposium akan dibagi menjadi beberapa session. Plenary Session I akan membahas tema “Freedom of Religion and Belief for Everyone, Everywhere” dengan empat pembicara, Jan Figel (EU Specia Envoy for Freedom of Religion and Beliefs), Siti Ruhayni (Presidential Special Staff for Internasional Religious Affairs), Paul Marshall (Baylor University and Hudson Institute) dan Abd. Mas’ud (Misnistry Of Religious Affairs).

Setiap sesi akan diisi oleh sejumlah pemateri dengan tema yang berkaitan dengan tema besarnya. Para pemateri tersebut antara lain: Amita Santiago (Bishop Cotton Women’s Christian University), Ketut Ardana (Merthi Kerti and Hindu University of Indonesia (UNHI) Bali, Hisanori Kato (Chuo University, Japan), Aminuddin Hassan (Universiti Putra Malaysia, Kuala Lumpur), Mahyuddin Hashmi (Allamah Iqbal Open University, Islamabad, Pakistan), Obiora Ike (Globethics.net, Geneva, Switzerland), Yo Nonaka (Keio University, Japan), Riri Khoiriyah (National Commision on Violence Against Women, Fatayat Nahdatul Ulama), Dicky Sofjan (ICRS and IJIIS), Al Makin (Al-Jami’ah Islamic University of Sunan Kalijaga), dan Mark Woodward (Arizona State University.

“Sebagai Menteri Agama, saya betul-betul berharap agar simposium internasional ini menghasilkan formula relasi agama dan budaya yang pas dengan konstruk masyarakat Indonesia yang menjadikan agama sebagai elan vital dalam bersikap dan beretik,” tutup Menag.[]

Diad/AR/diad

 

 

 
Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI