Journal Heritage of Nusantara Menuju Standardisasi Internasional

5 Nov 2018
Journal Heritage of Nusantara Menuju Standardisasi Internasional

Kecanggihan teknologi dunia informasi membawa impact perubahan yang besar terhadap kehidupan manusia. Salah satunya adalah terjadinya globalisasi dan modernisasi dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Dunia serasa tanpa batas, dan pola pikir - cara kerja manusia sangat dipengaruhi oleh teknologi, misalnya internet. Internet merambah keseluruh dunia dan menerpa setiap orang.  Akselerasi perkembangan dan perubahan dalam seluruh aspek kehidupan manusia menjadi sesuatu yang tak terelakkan.

Dunia penelitian pun tak ada ruang untuk menghindar dari pengaruh globalisasi dan modernisasi kehidupan. Bahkan dapat dikatakan kualitas dan impact dari hasil-hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi. Salah satunya adalah perubahan manajemen pengeleloaan jurnal dari cetak menjadi elektronik. Cara kerja dan manajemen pengelolaan jurnal menjadiby design dan by system, menjadi cepat dan terukur.  

Kesadaran akan perubahan zaman now mendorong dan menuntut LKKMO untuk menyesuaikan diri. Oleh sebab itu di hari pertama bulan November LKKMO melaksanakan kegiatan Penyusunan dan Penerbitan Journal Heritage of Nusantara di Akmani Hotel Jakarta. Partisipan yang diundang meliputi pejabat di lingkungan LKKMO, peneliti LKKMO, reviewer, dan pengelola jurnal. Pertemuan tersebut dibuka langsung oleh Kapus LKKMO Bapak Dr. Muhammad Zain. Beliau memberikan direction terkait program dan strategi dalam pengelolaan jurnal berkualitas berdasarkan pengalaman dalam mengelola banyak jurnal ketika menjabat di Pendidikan Tinggi Islam pada tahun-tahun sebelumnya. Ada empat poin penting yang perlu mendapat perhatian serius.

Pertama, substansi dan manajemen pengelolaan Jurnal yang ada di LKKMO (Lektur dan Heritage) perlu  terus menerus ditingkatkan agar kualitas keilmiahannya dapat terjamin. Target utamanya adalah agar kedua jurnal tersebut dapat menjadi jurnal yang bereputasi internasional misalnya terindeks scopus. Untuk meningkatkan kualitas substansi perlu diadakan pelatihan academic writing kepada peneliti sehingga peneliti dapat mempunyai ID Scopus. Terkait dengan manajemen pengelolaan jurnal perlu menjaga pola hubungan komunikasi dan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat di dalam pengelolaan jurnal, diantaranya admin, editor, peer reviewer (mitra bestari), dan manajernya. Pertemuan rutin diantara mereka merupakan sebuah keniscayaan. Laksana sebuah api unggun dapat menyala jika potongan-potongan kayu yang ada didalamnya berdekatan/menyatu. Demikian juga dengan pengelolaan jurnal, unsur-unsur yang terlibat didalamnya perlu ada kesatuan lewat pertemuan rutin sehingga semangat kerjasama dapat tetap menyala seperti ‘api unggun’. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut harus didukung dengan keberpihakan anggaran yang cukup.

Kedua, pekerjaan mengelola jurnal memiliki karakter yang unik karena selain membutuhkan pemikiran ilmiah, juga sangat menguras energi dan konsentrasi karena pekerjaanya selama duapuluh empat jam. Maka untuk menjaga ethos kerja harus ada honor yang cukup bagi pengelola jurnal.

Ketiga, perlu dipikirkan sebuah aksi untuk memberikan apresiasi sehingga semakin banyak orang yang berminat untuk mengirimkan artikel. Misalnya memberikan reward kepada orang yang mengirim artikel, dan artikel yang sudah terbit atau hal lain yang dapat memberikan “drive” dan semangat kepada author.

Hal terakhir yang ditekankan Kapus adalah kesadaran bahwa di zaman now untuk dapat berkembang, maju dan berkualitas mutlak memerlukan kerjasama dengan pihak lain. Dalam kaitan dengan jurnal perlu menjalin kerjasama, misalnya dengan museum seni budaya, khazanah keagamaan. Dipenghujung arahannya, Kapus melihat selain jurnal perlu juga ada news letter yang berfungsi untuk memberikan informasi-informasi terkait pelaksanaan kegiatan dan program serta capaian-capaian di LKKMO sehingga dapat diketahui publik. Tak lupa juga Kapus mengingatkan para peneliti yang baru saja melakukan benchmarking perlu membuat artikel atau memberikan mitra bestari sebagai hasilnya dan bentuk pertanggungjawaban kepada pimpinan.

Tampil sebagai narasumber pertama adalah Happy Chandraleka, Pengelola open journal system (OJS) Badan Litbang kementerian Kesehatan. Materi yang disampaikan terkait bagaimana mengelola OJS secara profesional sehingga mendapat akreditasi nasional dan terindeks internasional. Narasumber kedua Dr. Lukman dari Kemenristekdikti. Dalam pemaparannya beliau menekankan urgensitas layanan publikasi karya ilmiah bagi guru, dosen, dan peneliti. Tingginya kebutuhan akan publikasi tersebut meminta strategi baru dalam manajemen pengelolaan jurnal sehingga mutu publikasi karya ilmiah dapat terjamin. Salah satu metodenya adalah dengan melakukan akreditasi nasional dan terindeks internasional.

Berdasarkan kebutuhan tersebut maka pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) membangun Science and Technology Indexyang diberi nama SINTA. Sinta merupakan portal pengukur kinerja seseorang (peneliti, penulis, author) maupun sebuah institusi. Dengan kata lain portal Sinta ini berfungsi sebagai quality control kinerja dalam level nasional, sedangkan untuk tingkat internasional ada layanan scopus. Keseriusan pemerintah dalam peningkatan publikasi karya ilmiah bukan tanpa alasan. Sebab banyaknya publikasi karya ilmiah sebuah negara dapat menjadi salah satu barometer tingginya tingkat peradaban negara yang bersangkutan. Dalam zaman now dimana dunia seolah tanpa batas semua orang dituntut untuk bergerak cepat dan berubah serta produktif sesuatu sehingga tidak menjadi korban perubahan zaman. Hal ini senada dengan apa yang sudah diajarkan orang Latin kuno; “Tempus mutantur, et nos  mutamur in illid”, waktu berubah dan kita ikut berubah di dalamnya. []

Sumber gambar: https://pxhere.com/id/photo/1436001

AS/diad

Editor:
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI