Kabadan: Islam Indonesia Membantu Perkembangan Nasionalisme
Bogor (19 Juli 2017). Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D. mengatakan nasionalisme merupakanbenchmark bagi perwujudan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menyeluruh. Untuk menerapkan, mengembangkan, dan memelihara nasionalisme ini, ada banyak tantangan yang dihadapi.
Pernyataan tersebut disampaikan saat ia menjadi salah satu pembicara pada acaraThe Second International Symposium on Religious Literature and Heritage (2ndISLAGE) yang diselenggarakan Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat, bertempat di Lor International Hotel Sentul, (19/7).
Selanjutnya, Mas’ud menegaskan fenomena pemahaman keagamaan yang eksklusif dan minimnya nilai-nilai spiritual dalam praktek keagamaan, realitas modernisasi, industrialisasi, dan globalisasi merupakan faktor-faktor utama bagi menurunnya nasionalisme Indonesia. Meskipun demikian, kata Mas’ud, nasionalisme tidak sepenuhnya sirna di Indonesia. “Sebetulnya, dengan adanya modernisasi dan pembangunanisme, ada transisi atau pergeseran dalam bentuk-bentuk nasionalisme, “ujarnya.
Lebih jauh Mas’ud mengutarakan Indonesia terdiri dari banyak etnik dan agama. Namun, dalam pertumbuhan nasionalisme Indonesia, etnisitas kebetulan gagal mengeristal ke dalam nasionalisme.
Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa etnisitas bukanlah faktor penghambat dalam pertumbuhan nasionalisme Indonesia. “Sebetulnya, etnisitas cenderung kehilangan relevansinya sebagai sebuah tema politik yang berpengaruh, “ungkap Mas’ud. “Sebaliknya, dengan wajah lebih toleran dan ramah, Islam Indonesia menstimulir, membantu perkembangan, dan memainkan peran sangat positif dalam pertumbuhan nasionalisme, baik masa kini maupun masa yang akan datang, “ungkapnya lagi.
Mas’ud mengingatkan realitas perkembangan sosio-ekonomi dan politik dewasa ini membawa tantangan serius bagi nasionalisme Indonesia. Sebetulnya, kata Mas’ud, tantangan internalnya adalah sebuah kelompok yang ingin melemahkan nasionalisme lewat ide disintegratif yang sangat konstruktif. Selain itu, juga ada tantangan eksternal dimana Indonesia dihadapkan pada perubahan tatanan dunia lewat arus globalisasi.
Mengakhiri paparannya, Mas’ud mengatakan nasionalisme kini harus mampu memelihara kedaulatan dan keutuhan teritori Indonesia. “Instrumen penting yang digunakan adalah kehidupan demokrasi, penegakan dan supremasi hukum, serta keadilan pembangunan ekonomi, “pungkasnya. (bas)