Kaban: Hidup itu Dialog

25 Jul 2019
Kaban: Hidup itu Dialog
Bedah Buku Smiling Islam (foto: Dewindah)

Jakarta (25 Juli 2019). Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D. mengatakan, bahwa hidup adalah dialog. Sejak manusia lahir sudah melakukan dialog. Oleh karena itu, penting sekali melakukan dialog yang baik.

“Tak hanya itu, dialog bahkan berlangsung sepanjang hidup. Yakni sejak lahir hingga meninggal. Dan kita ini aktor utama dialog itu,” kata Mas’ud saat berbicara pada bedah buku otobiografi intelektual berjudul Mendakwahkan Smiling Islam: Dialog Kemanusiaan Islam dan Barat di Hotel Sofyan Betawi Jakarta, Kamis (25/07).

Senyumnya bayi, lanjut Mas’ud, merupakan wujud smiling with (tersenyum dengan). Jadi, ketika bayi lahir yang ada adalah keramahan karena melibatkan pihak lain, dalam hal ini orang tua. “Nah, jika kita dialog sejak lahir maka pilihannya adalah dialog yang marah-marah atau yang ramah,” tandasnya.

Menurut pria asal Kudus ini, lawan kita adalah radikalisme dalam beragama. Itu terjadi karena salah paham saja. “Agama dipahami oleh sebagian orang secara parsial. Ada shallow understanding,” papar Mas’ud.

Kaban menambahkan, buku otobiografi intelektual ini menghadirkan dua sisi. Pertama, bersifat pribadional yang menampilkan kehidupan sehari-hari sebagai proses manusiawi yang menggambarkan proses perjalanan akademik. Tetapi juga ada kisah dan pengalaman menjalani hidup di Amerika Serikat.

Dalam paparannya, Kaban menyebut buku otobiografi tersebut sejatinya telah ditulis sejak lima tahun silam. Persisnya saat ia masih menjabat sebagai Kepala Puslitbang Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat periode 2012-2014. Karena satu dan lain hal, akhirnya buku tersebut baru diterbitkan pada 2019.

“Jadi, naskah buku ini sebenarnya sudah siap lima tahun yang lalu. Saya sangat bersyukur dalam buku ini diberi kata pengantar oleh almarhum Slamet Effendi Yusuf, orang pertama yang memperkenalkan kepada penulis tentang literasi saat beliau menjadi seorang jurnalis,” ujar peraih beasiswa Fulbright ini.

Buku yang ditulis bersama tim kecil ini merupakan hasil pengalamannya. Pengalaman baik saat masih belajar di madrasah dan pesantren, kuliah di IAIN Ciputat, hingga meraih beasiswa Fulbright dari Amerika Serikat.

“Saya juga senang sekali karena yang hadir selaku reviewer ini merupakan orang yang kenal dengan saya, yaitu Dr. Saiful Umam, Direktur PPIM UIN Jakarta. Selain itu, saya berharap nanti para hadirin mengkritisi langsung. Jangan karena buku Kaban, lalu sungkan. Kekurangan pasti ada,” tandasnya.

Bedah buku menghadirkan narasumber yang juga Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Saiful Umam PhD. Kepala Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Nurudin Sulaiman menyatakan penting sekali membaca buku tersebut. “Tak hanya akademisi dan mahasiswa, namun juga para pejabat selaku pembuat kebijakan,” kata dia.

Bedah buku yang diinisiasi BLAJ ini dihadiri 75 orang. Selain para peneliti, akademisi, serta aktivis ormas keagamaan perwakilan dari NU, Muhammadiyah, dan Persis, juga hadir para mantan Kepala BLAJ antara lain Prof. Marzani. []

Musthofa Asrori/diad

Penulis: Mustofa Asrori
Editor: Dewindah
Apakah informasi di atas cukup membantu?

TERKINI

OPINI