Kaban: Inovasi Kunci Kemajuan Pendidikan Madrasah
Yogyakarta (Balitbang Diklat)---Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban) Kementerian Agama, Suyitno, memberi arahan kepada peserta Pelatihan Inovasi Madrasah Angkatan XIII pada Selasa, 18 Oktober 2022 di Yogyakarta. Di hadapan 30 peserta terpilih representasi Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah ini, Kaban menekankan bahwa kunci kemajuan madrasah adalah inovasi.
“Cara berpikir kita dalam mengelola madrasah harus berorientasi kedepan. Today is tomorrow (Inggris), Al aan huwa al ghada (Arab), yang artinya hari ini ditujukan untuk menyongsong hari esok. Bukan today is today, ‘hari ini hanya untuk hari ini’. Apalagi today is yesterday, ‘hari ini untuk menyelesaikan hari yang kemarin’. Kita akan tertinggal bila apa yang kita kerjakan hari ini tidak diorientasikan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masa yang akan datang,” ungkap Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.
“Dan dampak ketertinggalan pendidikan itu sangat serius, yaitu masyarakat akan menganggap pendidikan itu tidak perlu. Pendidikan yang tidak disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan akan ditinggalkan oleh pubik. Karena itu, kunci dari kemajuan pendidikan adalah inovasi. Dengan inovasi itulah madrasah mampu merespons kebutuhan peserta didik yang akan melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang setelah generasi kita,” tegas Kaban.
Menurut mantan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam ini, peningkatan kualitas madrasah tidak boleh berhenti pada kegiatan instan dan temporal seperti ajang kompetisi di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Kaban menekankan: “kompetisi penting, tapi jangan hanya fokus di situ. Jumlah siswa kita ratusan bahkan ribuan. Program edukasi dan pembinaan siswa harus menyentuh semua siswa, jangan hanya fokus pada beberapa orang saja yang akan ikut kompetisi. Identifikasi, petakan, dan pahami karakter dan kemampuan setiap siswa agar mereka tumbuh dan berkembang sesuai potensinya.”
Dalam kesempatan yang sama, Kaban juga menekankan pentingnya madrasah mengimplementasikan Moderasi Beragama dalam pembelajaran. Kaban menekankan bahwa internalisasi Moderasi Beragama strategis diberikan pada siswa sejak dini. “Yazra’ al aan, yahshud al ghada (Arab), ‘menyemai hari ini, akan berdampak panen pada hari esok’. Data beberapa hasil penelitian menunjukkan sikap intoleran dan ekstrem telah masuk ke dunia pendidikan. Untuk itulah, mari kita perkuat edukasi Moderasi Beragama pada guru dan siswa-siswa kita,” pungkas Kaban. (Efa Ainul Falah/bas)