Kaban: Kualitas Bimbingan Ibadah Haji Perlu Diperbaiki
Makkah (16 Agustus 2018). Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pada musim haji 2018 ini mengirimkan tim peneliti ke Arab Saudi. Tim akan fokus melakukan survei terkait efektivitas bimbingan manasik haji. Survei ini hendak mengukur sejauhmana pengetahuan dan praktik jemaah terkait manasik haji.
Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban) Kemenag RI, Prof. H. Abdurrahman Mas’ud,P.hD., mengatakan hal tersebut di sela-sela mendampingi tim peneliti dari Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat. Selain Mas’ud, tim riset yakni Muharram Marzuki, A Jamil Wahab, Slamet Firdaus, dan Fauziah.
“Selain itu, yang akan diteliti adalah bagaimana kualitas bimbingan yang selama ini mereka peroleh. Baik bimbingan di KUA, Kankemenag, KBIH, dan TPIH dan pengelola haji khusus,” ujar Mas’ud kepada Balitbangdiklat Online melalui sambungan telepon pintar (smartphone), Kamis (16/8/18).
Pria asal Kudus yang juga pengarah tim survei haji ini menyatakan, kegiatan haji jamaah asal Indonesia masih sangat ritualistik. Itupun disertai dengan pemahaman ibadah ritual yang belum sempurna. Bahkan, banyak jamaah yang bermakmum saja dengan pembimbingnya. Ranah penghayatan substansi, makna, dan hikmah ibadah haji secara umum terabaikan.
“Padahal, hikmah haji agar memperoleh haji mabrur yang lebih seimbang antara makna haji lahiriah dan batiniah. Saya kira perlu dipastikan perbaikan model pembinaan haji ke depan,” harap guru besar UIN Walisongo Semarang ini.
Ketua tim riset haji A Jamil Wahab mengatakan, survei dilakukan dengan melibatkan 800 responden yang dipilih secara random(acak). Survei tersebut dilakukan terhadap jamaah haji reguler dan haji khusus. 800 jamaah tersebut merupakan sampel dari total jumlah jamaah haji tahun 2018 yaitu sebanyak 221.000 jemaah haji.
Menurut Jamil, survei ini penting dilakukan. Sebab, ada banyak bimbingan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Namun faktanya masih ada sebagian jamaah haji yang saat di Arab Saudi masih menjalankan ibadah belum sesuai ketentuan.
“Kemarin kami menemukan tujuh orang jemaah asal Manado. Mereka dalam keadaan kebingungan di pelataran Masjidil Haram. Ketika ditanya mereka baru selesai tawaf, belum menyelesaikan sa’i. Saat diinfokan bahwa harus menunaikan sai dulu, mereka menjawab sudah tidak sanggup lagi karena merasa sangat lelah. Mereka tetap minta diantar pulang ke penginapan,” ungkapnya.
Cerita di atas, lanjut pria kelahiran Cirebon ini, baru salah satu di antara kasus yang ditemukan dalam pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2018. Ada juga jamaah yang datang ke Masjidil Haram tapi hanya salat dan dzikir saja. Tidak tawaf dan sa’i. Ketika ditanya, ia menjawab, haji itu kan ibadah di depan Ka’bah atau di Masjidil Haram. (Musthofa Asrori/bas/ar)